Minggu, 01 Mei 2016

Menelisik Kejayaan Kerajaan Talagamanggung, di Majalengka


 Tabir.com Museum Talagamanggung yang terletak di Kecamatan Talaga merupakan salah satu bukti sejarah kejayaan kerajaan di Kaabupaten Majalengka yang masih tersisa hingga saat ini.  Museum yang masih berdiri kokoh ini adalah peninggalan sekaligus patilasan Kerajaan Talagamanggung yang pernah ada di Majalengka sejak 1371 – 1819 M.

Sebelumnya kerajaan tersebut berada di barat daya kaki Gunung Ciremai, yang kini menjadi wilayah Kecamatan Talaga, didirikan sebuah museum yang dikelola oleh Yayasan Talagamanggung yang beranggotakan keturunan dari Prabu Darma Suci II.
Kereta Kencana yang Tersimpan di Museum

Barang peninggalan yang bisa terselamatkan dan kini berada di museum tinggal tersisa 11 jenis barang. Museum Talaga Manggung tepatnya berada di Desa Talaga Wetan, Kecamatan Talaga. Dimana jarak yang harus ditempuh untuk menuju ke museum ini yaitu kurang lebih 26 km dari pusat kota Majalengka.

Akses menuju lokasi tersebut sudah baik, dimana tidak hanya bisa di tempuh oleh kendaraan pribadi melainkan dapat di tempuh oleh angkutan umum seperti Majalengka–Cikijing, Cikijing – Bandung baik jenis mikrolet maupun bus, dan sebagainya.

Banyaknya peninggalan sejarah dari Kerajaan Talaga Manggung seperti kereta kencana, peralatan perang, dan alat kesenian, yang menjadi daya tarik tersendiri, dan adanya adat memandikan perkakas yang rutin dilaksananakan setahun sekali (panjang jimat setiap bulan Mulud-red). Pengunjung yang datang kelokasi wisata budaya ini pada umumnya pelajar dan mahasiswa yang melakukan penelitian.
Benda Benda peninggalan Kerajaan Talagamanggung 

Untuk tiket masuk pada lokasi wisata budaya ini tidak ada ketentuan biaya yang harus di keluarkan hanya sebatas sumbangan sukarela. Salah satu keturunan dari Kerajaan Talagamanggung yakni Prabu Darma Suci II, Rdn Yuyun M. Yunus yang merupakan generasi 19 kerajaan kepada CT, Senin (09/02) mengatakan, museum tersebut sudah berdiri sejak tahun 1991 yang sebelumnya disebut sebagai Bumi Alit dan pada tahun 1993 baru mengalami pemugaran.

Ia menambahkan, awal mula didirikanya museum yang dikelola oleh yayasan dimaksudkan dalam upaya melestarikan dan menitik beratkan pada keamanan barang peninggalan sejarah dari kerajaan Talagamanggung yang tinggal sedikit agar bisa dikelola dengan baik.

Yuyun menjelaskan kini barang peninggalan yang ada di museum hanya tersisa 11 jenis barang diantaranya, seperangkat alat kesenian (goong renteng), senjata pusaka kerajaan berupa keris,tombak dan lainya yang kini hanya tersisa beberapa buah lagi,berbagai macam gerabah, berbagai jenis senjata penunggak, wuwung bekas bangunan keraton, baju kere dan uang Balado yang digunakan sebagai alat tukar pada masa kerajaanya, teko dan genta, batu Bandring, batu pangsolatan, batu menhir sedangkan untuk arca Raden Pangluran dan Ratu Dewi Simbar Kancana disimpan di rumah kasepuhan keturunan kerajaan Talagamanggung.
Benda Benda  Peninggalan Talagamanggung 
Tidak disimpanya arca Raden Panglurah dan Ratu Dewi Simbar Kancana yang terbuat dari bahan dasar kuningan ini di museum menurutnya dimaksudkan untuk menghindari dari pencurian.

Menurutnya banyaknya peninggalan dari kerajaan Talagamanggung yang hilang disebabkan rusak karena termakan usia, diambil pemerintahan Hindia Belanda dikala menjajah Indonesia dan kurangnya kepengelolaan semasa dulu disebabkan belum adanya wadah seperti saat ini.
“Sebelumnya peninggalan dari kerajaan Talagamanggung yang tersisa masih banyak namun dikarenakan yang sebagian besar terbuat dari bahan dasar kayu rusak karena termakan usia, 

Jenis Pusaka Masih Tersimpan  Rapi di Museum 
sedangkan peninggalan lainya hilang entah kemana disebabkan sering berpindah tangannya kepengurusan karena belum ada wadah seperti saat ini, dengan didirikanya museum dan berdasarkan dari cerita sesepuhnya secara turun-temurun arca Talagamanggung dan sebagianya lagi hilang diambil saat pemerintahan Belanda dulu “ paparnya.

Yuyun memaparkan saat ini pengunjung yang datang ke museum Talagamanggung dalam sebulannya bisa mencapai 200 orang namun hingga kini pihaknya belum mengenakan tarif kepada para penunjung hal itu diakuinya disebabkan melihat keadaan museum yang belum memenuhi kelayakan standar museum semestinya.

Dengan banyaknya kekurangan yang dimiliki museum Talagamanggung hingga saat ini berdampak kepada kurangnya daya tarik sehingga untuk mensiasati pengenalan sejarah Talagamanggung kepada masyarakat khususnya Majalengka pihaknya menggratiskan biaya masuk kepada setiap pengunjung yang datang.   


Tidak ada komentar:

Posting Komentar