Sabtu, 18 Juni 2016

Gunung Katu: Menyimpan Situs Sejarah Singhasari - Majapahit

Gunung Katu Banyak Menyimpan Situs Masa Singhasari - Majapahit
Tabirnews.com. Dalam sejarah Singhasari dan Majapahit, raja yang mangkat biasanya didarmakan dalam bentuk arca dewa. Mereka akan terus dikenang dengan dibuatkan sebuah candi pemujaan. 

Berdasarkan Nagarakretagama, jumlah candi yang difungsikan sebagai pendarmaan arwah raja mencapai 27 pada tahun 1365. Dari jumlah itu tidak semua masih berdiri utuh. Di antaranya candi di Kagenengan yang disebut sebagai pendarmaan Rangga Rajasa, gelar Ken Arok.


Pada pupuh 40 naskah Nagarakretagama tertulis, seorang pendeta Budha di Bureng diminta berkisah oleh penulis naskah. Sang penulis, Mpu Prapanca, ketika itu bersama rombongan Hayam Wuruk hanya singgah dalam perjalanan menuju Singhasari. Pendeta Budha itu menceritakan bahwa pada tahun 1104 saka terdapat seorang raja Perwira Yuda Putera Girinata. Dia lahir tanpa ibu dan dihormati seluruh orang. Raja itu bernama Rangga Rajasa. Bagian itu juga menceritakan bagaimana Rangga Rajasa akhirnya mengalahkan Raja Kediri, Kertajaya. Dia diakui sebagai cikal bakal para raja agung yang akan memerintah Jawa.

“Makin bertambah besar kuasa dan megah putera sang Girinata. Terjamin keselamatan Pulau Jawa selama menyembah kakinya. Tahun Saka muka lautan Rudra (1149) beliau kembali ke Siwapada. Dicandikan di Kagenengan bagai Siwa, di Usaha bagai Budha,” kutip Slamet Muljana dalam Tafsir Sejarah Nagarakretagama.
Arkeolog Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono mengatakan, sumber yang menyebut keberadaan candi di Kagenengan tak hanya Nagarakretagama. Sekitar tahun 1999-2000, tiga lempeng Prasasti Mula-Malurung ditemukan di Desa Jamsaren, Kediri. Delapan lempeng prasasti ini lebih dulu ditemukan di Kediri pada 1975 lalu diserahkan ke Museum Nasional Jakarta.

“Tentang pendarmaan Angrok, info awal Kagenengan dari Nagarakretagama. Dikira hanya di situ, sumber lain tidak ada. Ternyata, yang justru menarik disebut juga dalam Mula-Malurung, yang kami temukan juga menyebutkan Kagenengan,” ungkap Dwi kepada Historia.
Setelah bukti diperkuat, menurut Dwi masih ada polemik yang belum terpecahkan, yaitu di mana Kagenengan berada. Namun, sejauh ini dia berani memastikan, lokasi Kagenengan berada di wilayah Malang Raya. Hal ini dikaitkan dengan rincian catatan perjalanan Hayam Wuruk dalamNagarakretagama. Dalam rincian itu, kunjungan Sang Raja Majapahit ke Kagenengan masih dalam periode yang sama dengan perjalanannya menziarahi candi-candi leluhurnya yang lain.

Dwi menyoroti, rombongan Hayam Wuruk saat itu mengkhususkan hari untuk berkunjung ke Kagenengan. Dia tidak mengunjunginya langsung, tetapi setelah mendatangi Candi Kidal dan Candi Jajago. Dalam Negarakretagama, khususnya pupuh 37, menyebut kunjungan ke kedua candi itu dilakukan dalam satu hari. Pagi hari ke Candi Kidal, dan sore hari ke Candi Jajago.
“Kalau Kidal dan Jajago realitas geografisnya ada di Kecamatan Tumpang, Malang Timur. Artinya, pasti Kagenengan tidak ada di Malang Timur, berarti ada jalur berbeda,” jelas Dwi.
Dwi mencoret kemungkinan Kagenengan berada di Malang Timur, juga tidak mungkin di Malang bagian utara. “Karena Hayam Wuruk malah menginap di Puri Singhasari yang ada di kawasan utara Malang baru melanjutkan perjalanan,” lanjut Dwi.
Artinya, Kagenengan akan masuk akal jika dicari di wilayah Malang bagian selatan, di mana terdapat beberapa tempat yang memiliki kemiripan nama dengan Kagenengan. Menurut Dwi, berdasarkan teori yang dinyatakan arkeolog Inggris Nigel Bullough, Kagenengan merujuk pada Dusun Genengan, Desa Parangargi, Kecamatan Wagir. Selain itu, ada juga Desa Genengan di Kecamatan Pakisaji; dan Dusun Genengan di Desa Girimoyo, Kecamatan Karangploso.
Dwi telah memeriksa lokasi itu satu persatu. Di Desa Genengan, Pakisaji misalnya, terdapat yoni tanpa lingga di salah satu punden desa. Pada punden lainnya di desa yang sama, terdapat arca Durga. “Tapi kalau melihat ukuran yoni dan Durga terbayang candinya tidak begitu besar. Sejauh ini di lokasi temuan tidak didapati temuan lain yang signifikan, seperti temuan runtuhan yang menggunung,” jelasnya.
Kemungkinan candi di Kagenengan ada di Pakisaji jadi diragukan. Pasalnya, berdasarkan Nagarakretagama, candi di Kagenengan dideskripsikan sebagai candi megah dan indah. Pintu masuk candi lebar dan tinggi. Di dalamnya, terdapat halaman dengan rumah berderet di tepinya. Di tengahnya terdapat bangunan serupa menara yang tinggi dan indah seperti Gunung Meru. Ken Arok yang dipuja sebagai Siwa membuat candi itu memiliki arca Siwa di dalamnya.
Adapun Dusun Genengan di Wagir, menurut Dwi, terdapat runtuhan bangunan yang terbuat dari bata. Dusun ini terletak di lereng Gunung Katu. Namun, lagi-lagi menurutnya benda arkeologis yang ditemukan di sana tidak signifikan. Bahkan arca yang menunjukkan sekte Siwa pun tidak ditemukan. “Begitu juga temuan arkelogis di Karangploso, Desa Girimoyo, Dusun Genengan,” lanjut dia.


Jeng Asih, Ratu Pembuka Aura dari Gunung Muria 


Alternatif lainnya, kata Dwi, Kagenengan bisa jadi mengarah pada topografi. Berdasarkan arti “geneng”, nama ini merujuk pada tanah yang tinggi, seperti gunung atau bukit. Dengan pengertian itu, dia mengemukakan teori Kagenengan yang dimaksud dalam sumber-sumber sejarah berada di puncak Gunung Katu.
“Penyebutan di Pararton itu ada namanya Rabut Katu, dulu di sana banyak orang menangkap burung. Sampai sekarang juga masih banyak yang menangkap burung. Di namakan Katu itu karena ada pohon katu yang besar sekali tempat rumah burung,” ungkapnya.

Kemungkinan pohon katu yang tumbuh di puncak Gunung Katu adalah tanaman endemik. Bisa jadi dulunya banyak pohon katu tumbuh di sana hingga penamaan Gunung Katu masih terus dipakai. “Sayangnya pohon itu malah ditebang,” ujarnya kesal.
Lebih lanjut, Dwi menerangkan, di masa lalu gunung ini dianggap suci. Gunung Katu merupakan anak Gunung Kawi yang dianggap sebagai pecahan Gunung Meru. Untuk tingginya, Gunung Katu sebenarnya lebih pantas disebut bukit. Namun, penampakannya begitu menjulang di wilayah itu.
Adanya penemuan arkeologis di permukaan puncak gunung itu juga memperkuat teorinya. Pada puncak gunung terdapat arca Nandi yang berbentuk lembu sebagai kendaraan (wahana) Siwa dalam mitologi Hindu. “Disebutnya reco banteng,” ucap Dwi.
Tidak hanya itu, di sana pun terdapat pedistal arca yang berukuran besar. Namun, arca yang seharusnya ada di atasnya tidak ditemukan. “Arcanya sudah hilang, apakah itu terguling ke bawah atau dicuri tidak tahu, karena arca Nandi-nya juga ditemukan agak ke arah lembah,” kata Dwi.
Dwi juga mengidentifikasi adanya fragmen arca. Sayangnya, dia pun tidak bisa mendeskripsikan siapa tokohnya. Apa yang tersisa dari arca itu adalah bagian kakinya saja.
Keistimewaan puncak Gunung Katu juga ditunjukkan dengan adanya temuan di beberapa titik di lerengnya. Dwi memaparkan ada dua titik dengan temuan yang cukup signifikan sejauh ini, selain di puncak. Menariknya, orientasi arah hadap temuan-temuan itu selalu mengarah ke puncak.
“Dugaan candi di Kagenengan ini dari material bata. Bata banyak ditemukan, dan memang tidak memungkinkan untuk batu, jadi persoalan sendiri untuk bawa batu dari bawah. Medannya sangat terjal,” terangnya.
Ptilasan di Masa Singhasari Puncak Gunung Katu
Runtuhan bata yang dia lihat di Gunung Katu itu bisa ditemukan hingga bagian lereng gunung. Menyadari ini, dia memperkirakan, situs di lokasi itu bisa jadi berupa kompleks bangunan candi. Namun, kondisi geografisnya membuat peninggalan ini menjadi tidak utuh kembali. Berbeda dengan candi Jajago dan Candi Kidal yang meski runtuh saat ditemukan, keduanya berhasil dipugar. Candi-candi itu diuntungkan karena berada di lokasi yang rata.
“(Situs di Gunung Katu, red) ini agak beda, pas di puncak, Malang itu rawan gempa juga, ketika gempa sepertinya membuatnya betul-betul roboh, terguling ke tebing. Lereng timur itu terjal, kalau terguling ke sini habis masuk lembah,” katanya.
Dwi berteori, di masa lalu Gunung Katu pun termasuk dalam wilayah Kagenengan. Ini berdasarkan kesamaan nama “Genengan” di tiga tempat yang berbeda kecamatan. Padahal sebenarnya radius di antara ketiga tempat itu tidak jauh. Pun ketiganya berada di sekitar lereng Gunung Katu.
“Dulunya mungkin wilayah Kagenengan ini mencakup wilayah-wilayah di sekitar Gunung Katu dan Gunung Katunya, jadi lebih luas lagi, setelah sekian lama akhirnya berkembang dan muncul banyak desa,” jelasnya.
Ditambah lagi, menurut Dwi, pendiri Dinasti Rajasa itu memiliki kedekatan memori dengan wilayah selatan Malang. Sebelum Singhasari menjadi pusat pemerintahan, Ken Arok sempat berpetualang ke wilayah selatan. Dia belajar kepada seorang rohaniawan Janggan di Mandala Sagenggeng. Nama Sangenggeng ini sekarang menjadi nama sebuah desa di Kecamatan Pakisaji.
“Jadi secara memori, dia punya kenangan dengan Sagenggeng dan sekitarnya,” tegas Dwi.
Dengan asumsi itu, Dwi merasa yakin menunjuk puncak Gunung Katu sebagai lokasi tempat berdirinya candi pendarmaan Ken Arok. Maka, dia pun berharap ada penelitian yang khusus membedah Gunung Katu. Dia meyesalkan di lokasi yang begitu potensial itu hingga kini belum pernah dilakukan penggalian.
“Kagenengan ini istimewa. Dalam Nagarakretagama saja disebutkan panjang lebar. Ini wajar karena titik pangkal munculnya kerajaan Singhasari dan Majapahit,” pungkas Dwi. 



 ALternatif Health Centre
TOEMAFHTRA AS-SYAKINAH
Kejari: B-46/0.2.25/DSP.4/12/2011
Anda Ingin Segera Sembuh Dari Penyakit? Segera Kunjungi Klinik Kami: Penyembuhan dan Pengobatan Dengan Menggunakan Ramuan Herbal Yang Sudah Diakui Khasiatnya Oleh Para Pakar dan Ahli Kesehatan Dunia.    

RB.Wahyu Wibowo.SE.Msi.Ak.CA.CPAi
Spesialis: Strok, Diabetes, Kanker/Tumor, Darah Tinggi/Rendah, Syaraf (Badan Mati Separo), Maag, Ambeient, Asam Urat, Asma (TBC), Lemah Syahwat,Lama Tidak Punya Keturunan, Ruqyah (Ruwatan Islami)
Komplk: Lamigas Blok A No. 18 Meruyung, Limo – Depok
HP: 081586699981 – 081219630711

CV. PROTECH SERVICE INDONESIA

Selamat Datang di Website CV. Protech Service Indonesia. Kami merupakan perusahaan yang berdiri sejak 2007 bergerak dalam industri Gasket, Alat Mekanik Lainnya, Hidrolik, Bengkel Kapal, Spring mounting Anti vibrasi, restaurant kitchen hotel cathering, Mesin pengasapan Nyamuk, Safety Product, Hydraulic Tools, Hand Cleaner, Pneumatics, roda troli, Gasketing sealing compound anti seize bonding, Cold Galvanish Compound , Screen Wiremesh, Repair Bolt Thread, Mata bor reamer, Selang, Tube Fitting tubing valve, otomotif, isolasi panas. Kami berada di Jl. Meruya selatan DPR I no.17A , kembangan . ( dekat JORR W2 meruya selatan) Jakarta Barat . email : protechserviceindonesia@gmail.com ...... Temukan berbagai produk terbaik kami (Bonpet Inno autimatic, spring mounting, permatex loctite, minifogger mesin, roda trolley castor, wiremesh screen) dengan kualitas dan harga jual terbaik yang bisa Anda dapatkan. Segera Temukan Kebutuhan Anda di 

 www.protechserviceindonesia.com 


 Ki Cokro Santri Tunggal: 
Mengatasi Berbagai Macam Masalah


KI COKRO ST,MASTER OF GENDAM: Mengatasi Berbagai Macam Problem Permasalahan Anda langsung Tuntas Tidak Ada Istilah gagal, Sudah Terbukti. Masalah: Pelet, Bisnis, Pelarisan, Kekebalan, Pengisihan Tenaga dalam, Ruwatan, Silat dll.
Hub: HP/WA: 08159852189. Condet, Jakarta Timur www.seputarmistik.com 

   https://www.youtube.com/channel/UCts5Ua5IehgoRev-E6-zh1A (Ki Cokro Santri Tuggal)


“Semarak Pesta Kembang Api Spectakuler”

Kami Perusahaan jasa khusus pengadaan Bunga Api dan Special Efek berdiri sejak 1988, dengan pengalaman 20 tahun dalam melaksanakan pertunjukkan Bunga Api.Kami yang pertama dan terbaik di Indonesia
Kami, menggunakan Bunga Api Impor dengan kualitas terbaik Kelas Dunia yang dapat digunakan dalam rangka menunjang Kegiatan-kegiatan di dalam gedung maupun di luar gedung, khususnya acara malam Pergantian Tahun , Wedding Party, Ulang Tahun Perusahaan, Festival dll, dengan lebih aman dan spectakuler:

Info:085285179336 email: agyudhistira72@gmail



Info & pemesanan:

Padepokan Metafisika Jeng Asih
Jl. Diponegoro 72, Pati – Jawa Tengah 
Jl. Melawai Raya 17, Blok M – Jakarta Selatan
08129358989 - 08122908585

Misteri Arca Thotok Kerot

Misteri Arca Thotok Kerot

Tabirnews.com. Ada banyak versi cerita tentang Arca Thotok Kerot, mulai dari yang logis sampai mistis.  

” Kisah ini dicomot dari salah satu fragmen di Kitab Babad Nagari Kadhiri, dan saya tuturkan ulang secara bebas di sini.
Siang itu warga Kadhiri digemparkan munculnya sesosok rasaksi (raksasa perempuan) di tengah pemukiman. Warga pun kacau balau menyelamatkan diri. Raksasa dikenal sebagai makhluk besar buas yang gemar memangsa daging manusia. Mereka tinggal di pedalaman hutan yang tak terjamah.
Kemunculan raksasa, walaupun hanya sesosok, sudah pasti membuat seisi kota panik. Warga berusaha mengusir makhluk itu. Mereka melemparinya dengan batu. Ada pula yang menggunakan bambu panjang. Jumlah warga yang mengepungnya tak terhitung. Bahkan ada yang berusaha mencari bantuan dari kampung terdekat. Saat ratusan manusia bersenjatakan bambu-bambu tajam mulai merangsek maju, rasaksi itu pun mulai panik. Tangan kirinya memeluk erat sebuah keranjang. Tangan kanannya sibuk melindungi tubuh dari hujan batu dan batang-batang bambu yang ditodongkan dari segala penjuru. Beberapa lemparan batu berhasil mengenai kepalanya. Darah mulai mengalir memenuhi mata dan pipinya. Rasaksi itu menjerit kalap. Tangannya mengayun ke segala arah. Beberapa orang tubuhnya terpental. Namun pengeroyok tidak kunjung berkurang. Malah bala bantuan mulai berdatangan. Dengan tubuh yang dipenuhi luka dan beberapa batang tombak masih menancap di tubuh, rasaksi itu tetap gigih melawan. Ratusan tombak, ratusan batu, ratusan sorak sorai manusia, dan Rasaksi pun ambruk. Warga belum juga puas, batu dan bambu masih terus dihujamkan ke tubuh besar yang terbaring pasrah.
Ki Buta Locaya menghentikan warga yang kalap. Tubuh besar bersimbah darah itu perlahan didekatinya. Kepada tubuh itu dia bertanya lantang.
“Dari mana asalmu?” Rasaksi melirik lemah ke arah Locaya. “Lodoyong,” bisiknya, “tepi laut selatan.” (mungkin yang dimaksud adalah Lodaya, Blitar) “Apa maksudmu masuk ke wilayah kami?” Rasaksi menjawab lirih, “Aku ingin melamar Sang Prabu Sri Aji Jayabaya,” susah payah ia mengatur nafasnya, “akan kujadikan junjunganku, suamiku.”
Ki Buta Locaya tertegun. Ditolehnya keranjang yang tergolek di sisi tubuh rasaksi. Isinya berserakan di mana-mana. Buah buahan, juga perhiasan. Keranjang itu yang sedari tadi dilindungi mati-matian dalam dekapan rasaksi saat tubuhnya dihujani batu dan bambu.
Beberapa saat kemudian Sang Prabu tiba di tempat kejadian. Memandang dari kejauhan, mata rasaksi berbinar menatap kehadiran pria agung itu. Sang Prabu mendekati Tubuh besar yang terbaring lemah. Tersenyum sambil menatap wajah sang rasaksi. Perlahan diusapnya dengan lembut darah di wajah kotor penuh luka tersebut sambil berbisik. “Kali ini takdir Dewata tidak berpihak padamu. Tapi ketahuilah, kau akan segera bertemu dengan jodohmu.” Sang Prabu melanjutkan, “20 tahun setelah kematianku nanti, di sisi barat Negeri Kadhiri akan berdiri sebuah kerajaan yang ibukotanya bernama Prambanan. Nama Rajanya adalah Prawatasari. Dialah jodohmu kelak di kehidupanmu berikutnya.” Mata sang rasaksi tetap tidak bergerak. namun kilaunya mulai surut. Ia telah menghembuskan nafas terakhirnya.
Selepas peristiwa itu, Sang Prabu memberi nama tempat itu Gumurah, yang berarti kegaduhan (sekarang bernama Gurah). Beliau juga memerintahkan untuk dibuat patung untuk mengenang rasaksi itu. Patung itu dinamakan Patung Nyai. Desa tempat patung itu berdiri dinamakan Desa Nyaen.
Baik, sekarang mari kita membahas tentang Babad Kadhiri, kitab yang didalamnya terdapat fragmen kisah di atas.
Babad ini lahir baru di tahun 1832, dua tahun setelah Perang Diponegoro berakhir. Ditulis atas permintaan Pemerintah Hindia Belanda kepada peja

bat Beskal (Jaksa Ageng) Kota Kediri yaitu Mas Ngabehi Purbawijaya.Sang Beskal diminta untuk menyusun kitab sejarah Kerajaan Kediri. Untuk memenuhi tugas tersebut, Mas Ngabehi Purbawijaya minta bantuan seorang dalang wayang klithik asal Mojoroto, Ki Dermakanda. Mereka berdua sepakat untuk menghadirkan roh Ki Buta Locaya ke tubuh seorang pengrawit. Keterangan dari ‘roh Buta Locaya’ inilah yang nantinya dijadikan dasar untuk menyusun Babad Kadhiri.
Penuturan orang kesurupan tentulah tidak bisa dijadikan rujukan ilmiah bagi para penelitian sejarah. Terbukti dengan didapatinya banyak perbedaan data jika dipadukan dengan sejarah umum, yang didasari oleh pengkajian prasasti, literatur kuno dan lain-lain.
Misalnya, versi Babad kadhiri menyebutkan bahwa Buta Locaya mengaku sebagai orang pertama yang membabat hutan Kediri yang lantas menjadikannya sebagai pemukiman, dengan Prabu Jayabaya sebagai raja pertamanya.
Misteri Arca Thotok Kerot
Dalam versi sejarah umum, Jayabaya bukanlah raja pertama di wilayah Kadhiri. Sebelumya terdapat nama Raja Airlangga, Mapanji garasakan, Mapanji Alanjung, Sri Maharaja Samarothasa, Raja Baweswara, barulah kemudian turun ke Sri Aji Jayabaya.
Maka marilah kita sepakati, bahwa racauan orang kesurupan boleh ngomong apa saja. Tidak perlu kita yakini kebenarannya. Namun kemudian muncul satu pertanyaan baru. Bahwa fragmen di atas diambil dari Babad Kadhiri, hasil racauan orang kesurupan itu. Di sana disebutkan dengan gamblang tentang dibuatnya patung Nyai setinggi lebih dari tiga meter dengan wajah seperti arca gupala, dan mata sebesar lepek (alas cangkir).
Lantas di tahun 1981, di perbatasan Kecamatan Gurah Kediri, ditemukan sebuah patung raksasa yang kelak populer dengan nama Patung Thothok Kerot. Saat ditemukan, patung itu terbenam di tanah hingga sebatas dada. Tinggi patung itu ditaksir lebih dari tiga meter. Ciri-ciri fisik dan lokasi patung itu persis seperti yang dideskripsikan dalam Babad Kadhiri. (catatan; Patung itu akhirnya digali dan lantas dipindahkan, setelah sebelumnya sempat mengalami pengrusakan oleh tangan-tangan jahil).
Pertanyaannya adalah, bagaimana bisa racauan orang kesurupan di tahun 1832 bisa mendeskripsikan sebuah patung, yang baru akan ditemukan orang di tahun 1981?”


Jeng Asih, Ratu Pembuka Aura dari Gunung Muria


ALternatif Health Centre
TOEMAFHTRA AS-SYAKINAH
Kejari: B-46/0.2.25/DSP.4/12/2011
Anda Ingin Segera Sembuh Dari Penyakit? Segera Kunjungi Klinik Kami: Penyembuhan dan Pengobatan Dengan Menggunakan Ramuan Herbal Yang Sudah Diakui Khasiatnya Oleh Para Pakar dan Ahli Kesehatan Dunia.    

RB.Wahyu Wibowo.SE.Msi.Ak.CA.CPAi
Spesialis: Strok, Diabetes, Kanker/Tumor, Darah Tinggi/Rendah, Syaraf (Badan Mati Separo), Maag, Ambeient, Asam Urat, Asma (TBC), Lemah Syahwat,Lama Tidak Punya Keturunan, Ruqyah (Ruwatan Islami)
Komplk: Lamigas Blok A No. 18 Meruyung, Limo – Depok
HP: 081586699981 – 081219630711

CV. PROTECH SERVICE INDONESIA

Selamat Datang di Website CV. Protech Service Indonesia. Kami merupakan perusahaan yang berdiri sejak 2007 bergerak dalam industri Gasket, Alat Mekanik Lainnya, Hidrolik, Bengkel Kapal, Spring mounting Anti vibrasi, restaurant kitchen hotel cathering, Mesin pengasapan Nyamuk, Safety Product, Hydraulic Tools, Hand Cleaner, Pneumatics, roda troli, Gasketing sealing compound anti seize bonding, Cold Galvanish Compound , Screen Wiremesh, Repair Bolt Thread, Mata bor reamer, Selang, Tube Fitting tubing valve, otomotif, isolasi panas. Kami berada di Jl. Meruya selatan DPR I no.17A , kembangan . ( dekat JORR W2 meruya selatan) Jakarta Barat . email : protechserviceindonesia@gmail.com ...... Temukan berbagai produk terbaik kami (Bonpet Inno autimatic, spring mounting, permatex loctite, minifogger mesin, roda trolley castor, wiremesh screen) dengan kualitas dan harga jual terbaik yang bisa Anda dapatkan. Segera Temukan Kebutuhan Anda di 

 www.protechserviceindonesia.com 


 Ki Cokro Santri Tunggal: 
Mengatasi Berbagai Macam Masalah


KI COKRO ST,MASTER OF GENDAM: Mengatasi Berbagai Macam Problem Permasalahan Anda langsung Tuntas Tidak Ada Istilah gagal, Sudah Terbukti. Masalah: Pelet, Bisnis, Pelarisan, Kekebalan, Pengisihan Tenaga dalam, Ruwatan, Silat dll.
Hub: HP/WA: 08159852189. Condet, Jakarta Timur www.seputarmistik.com 

https://www.youtube.com/channel/UCts5Ua5IehgoRev-E6-zh1A (KI COKRO ST)


“Semarak Pesta Kembang Api Spectakuler”

Kami Perusahaan jasa khusus pengadaan Bunga Api dan Special Efek berdiri sejak 1988, dengan pengalaman 20 tahun dalam melaksanakan pertunjukkan Bunga Api.Kami yang pertama dan terbaik di Indonesia
Kami, menggunakan Bunga Api Impor dengan kualitas terbaik Kelas Dunia yang dapat digunakan dalam rangka menunjang Kegiatan-kegiatan di dalam gedung maupun di luar gedung, khususnya acara malam Pergantian Tahun , Wedding Party, Ulang Tahun Perusahaan, Festival dll, dengan lebih aman dan spectakuler:

Info:085285179336 email: agyudhistira72@gmail


Info & pemesanan:
Padepokan Metafisika Jeng Asih 
Jl. Diponegoro 72, Pati – Jawa Tengah 
Jl. Melawai Raya 17, Blok M – Jakarta Selatan

08129358989 - 08122908585

Kyai Rajamala, Kepala Perahu Kraton Surakarta Bernuansa Mistis

Kyai Rajamala, Koleksi Pusaka Keraton Surakarta

Tabirnews.com - Jika kamu berkunjung ke Museum Radya Pustaka dan Museum Keraton Surakarta, kamu akan melihat ada benda koleksi yang sama. 
Ya, di dua tempat tersebut terdapat patung kepala raksasa. Di depannya ditulisi Canthik Perahu Rajamala. 
Berwarna merah dengan ukuran yang besar membuat aura mistis seakan muncul saat memandangi patung tersebut. Apalagi ruangan yang ditempati patung tersebut cukup gelap. Hiiii....
Bahkan, patung kepala Rajamala yang ada di Museum Radya Pustaka itu kabarnya tak mau dipindah. Ia setia menempati tempat yang cukup gelap itu hingga kini. 



ikisahkan pada 19 November 1809, Paku Buwana IV menerima hadiah dari Gubernur Jenderal William Daendels berupa perahu dengan canthik atau hiasan ujung perahu berupa perawan Belanda. Melihat keindahan perahu itu, Paku Buwana IV berkeinginan membuat perahu sejenis untuk dikawinkan dengan perahu tersebut. 



Paku Buwana IV lalu meminta putranya Pangeran Adipati Anom yang kemudian menjadi Paku Buwana V untuk membuat perahu dengan menggunakan kayu jati dari Hutan Donoloyo. Setelah Perahu Kiai Rajamala yang berukuran 58,9 x 6,5 meter selesai dibuat, perahu persembahan Daendels dan Kiai Rajamala segera dinikahkan dengan upacara lengkap sebagaimana biasanya pernikahan seorang laki-laki dan seorang perempuan. Upacara itu dilaksanakan di Kedhung Penganten Bengawan Solo pada 19 Juli 1811.


Kisah yang menyertai penciptaannya berasal dari peristiwa pelamaran Putri Bupati Cakraningrat di Sumenep, Madura oleh Paku Buwana IV. Karena transportasi paling mungkin saat itu lewat perairan dengan memakai perahu, Paku Buwana IV ingin perahu yang dinaikinya memiliki ornamen bagus. Maka dipilihlah ornamen Rajamala. Pemilihan tokoh Rajamala untuk dijadikan canthik atau hiasan didasarkan atas kesaktian tokoh Raden Rajamala yang tak terkalahkan dalam kisah pewayangan.
Secara khusus, Perahu Rajamala digunakan untuk sarana jalan-jalan penguasa Keraton Kasunanan dan hajatan penting saja. Menurut kisah yang ada, Perahu Rajamala tampak perkasa ketika meluncur di Bengawan Solo, Kali Brantas, Laut Utara Jawa hingga ke Selat Madura. Perahu ini dipergunakan hingga zaman Paku Buwana VII.
Perahu Rajamala memang dianggap besar dan perkasa pada masanya. Salah satu bukti kebesarannya adalah ukuran dayung perahunya yang sangat besar. Dayung Rajamala dengan panjang sekitar 6,6 meter masih tersimpan di Museum Keraton Surakata.
Saat ini, dua canthik perahu tersebut masing-masing tersimpan di Museum Radyapustaka dan Museum Keraton Surakarta. Setiap hari Selasa Kliwon canthik Perahu Rajamala di Museum Keraton Surakarta selalu diberi sesaji lengkap. Pemberian sesaji dimaksudkan untuk menghormati penunggu canthik perahu tersebut yang dipercaya masih ada di dalamnya.


 Jeng Asih, Ratu Pembuka Aura dari Gunung Muria 
www.jengasih.com


ALternatif Health Centre
TOEMAFHTRA AS-SYAKINAH
Kejari: B-46/0.2.25/DSP.4/12/2011
Anda Ingin Segera Sembuh Dari Penyakit? Segera Kunjungi Klinik Kami: Penyembuhan dan Pengobatan Dengan Menggunakan Ramuan Herbal Yang Sudah Diakui Khasiatnya Oleh Para Pakar dan Ahli Kesehatan Dunia.    

RB.Wahyu Wibowo.SE.Msi.Ak.CA.CPAi
Spesialis: Strok, Diabetes, Kanker/Tumor, Darah Tinggi/Rendah, Syaraf (Badan Mati Separo), Maag, Ambeient, Asam Urat, Asma (TBC), Lemah Syahwat,Lama Tidak Punya Keturunan, Ruqyah (Ruwatan Islami)
Komplk: Lamigas Blok A No. 18 Meruyung, Limo – Depok
HP: 081586699981 – 081219630711
                
                   CV. PROTECH SERVICE INDONESIA

Selamat Datang di Website CV. Protech Service Indonesia. Kami merupakan perusahaan yang berdiri sejak 2007 bergerak dalam industri Gasket, Alat Mekanik Lainnya, Hidrolik, Bengkel Kapal, Spring mounting Anti vibrasi, restaurant kitchen hotel cathering, Mesin pengasapan Nyamuk, Safety Product, Hydraulic Tools, Hand Cleaner, Pneumatics, roda troli, Gasketing sealing compound anti seize bonding, Cold Galvanish Compound , Screen Wiremesh, Repair Bolt Thread, Mata bor reamer, Selang, Tube Fitting tubing valve, otomotif, isolasi panas. Kami berada di Jl. Meruya selatan DPR I no.17A , kembangan . ( dekat JORR W2 meruya selatan) Jakarta Barat . email : protechserviceindonesia@gmail.com ...... Temukan berbagai produk terbaik kami (Bonpet Inno autimatic, spring mounting, permatex loctite, minifogger mesin, roda trolley castor, wiremesh screen) dengan kualitas dan harga jual terbaik yang bisa Anda dapatkan. Segera Temukan Kebutuhan Anda di 

 www.protechserviceindonesia.com 
 Ki Cokro Santri Tunggal: 
Mengatasi Berbagai Macam Masalah


KI COKRO ST,MASTER OF GENDAM: Mengatasi Berbagai Macam Problem Permasalahan Anda langsung Tuntas Tidak Ada Istilah gagal, Sudah Terbukti. Masalah: Pelet, Bisnis, Pelarisan, Kekebalan, Pengisihan Tenaga dalam, Ruwatan, Silat dll.
Hub: HP/WA: 08159852189. Condet, Jakarta Timur www.seputarmistik.com 

https://www.youtube.com/channel/UCts5Ua5IehgoRev-E6-zh1A (KI COKRO ST)


“Semarak Pesta Kembang Api Spectakuler”

Kami Perusahaan jasa khusus pengadaan Bunga Api dan Special Efek berdiri sejak 1988, dengan pengalaman 20 tahun dalam melaksanakan pertunjukkan Bunga Api.Kami yang pertama dan terbaik di Indonesia
Kami, menggunakan Bunga Api Impor dengan kualitas terbaik Kelas Dunia yang dapat digunakan dalam rangka menunjang Kegiatan-kegiatan di dalam gedung maupun di luar gedung, khususnya acara malam Pergantian Tahun , Wedding Party, Ulang Tahun Perusahaan, Festival dll, dengan lebih aman dan spectakuler:

Info:085285179336 email: agyudhistira72@gmail


Info & pemesanan:
Padepokan Metafisika Jeng Asih
Jl. Diponegoro 72, Pati – Jawa Tengah 
Jl. Melawai Raya 17, Blok M – Jakarta Selatan
08129358989 - 08122908585

Menlisik Sejarah Kerajaan Tulang Bawang, Lampung

Replika Kerajaan Tulang Bawang, Lampung

Tabirnews.com. Keberadaan nama Kerajaan Tulang Bawang (To-La P’o-Hwang) sempat di kenal di tanah air. Meski tidak secara terperinci menjelaskan, dari sejumlah riwayat sejarah maupun catatan penziarah asal daratan Cina, mengungkap akan keberadaan daerah kerajaan ini. 

Prasasti (batu bertulis) Kedukan Bukit yang ditemukan di Palembang menyebut, saat itu Kerajaan Sriwijaya (Che-Li P'o Chie) telah berkuasa dan ekspedisinya menaklukkan daerah-daerah lain, terutama dua pulau yang berada di bagian barat Indonesia. Sejak saat itu, nama dan kebesaran Kerajaan Tulang Bawang yang sempat berjaya akhirnya lambat laun meredup seiring berkembangnya kerajaan maritim tersebut.

Sejarah Indonesia dan keyakinan masyarakat Lampung menyatakan pada suatu masa ada sebuah kerajaan besar di Lampung. Kerajaan itu sudah terlanjur menjadi identitas Provinsi Lampung dalam konteks Indonesia modern. Pertanyaan-pertanyaan yang selanjutnya mengemuka adalah bagaimana asal mula Kerajaan Tulang Bawang, di mana pusat kerajaannya, siapa raja yang memerintah dan siapa pula pewaris tahtanya hingga sekarang. 





Dalam perjalanan dan perkembangan sejarah kebudayaan dan perdagangan di Nusantara digambarkan, Kerajaan Tulang Bawang merupakan salah satu kerajaan tertua di Indonesia...
di samping Kerajaan Melayu, Sriwijaya, Kutai dan Tarumanegara. Bahkan, Kerajaan Tulang Bawang yang pernah ada di Pulau Sumatera (Swarna Dwipa) ini tercatat sebagai kerajaan tertua di Tanah Andalas. Hal itu dibuktikan dari sejumlah temuan-temuan, baik berupa makam tokoh-tokoh serta beberapa keterangan yang menyebut keberadaan kerajaan di daerah selatan Pulau Sumatera ini. 

Kebudayaan Tulang Bawang adalah tradisi dan kebudayaan lanjutan dari peradaban Skala Brak. Karena dari empat marganya, yaitu Buai Bulan, Buai Tegamoan, Buai Umpu dan Buai Aji, di mana salah satu buai tertuanya adalah Buai Bulan, yang jelas bagian dari Kepaksian Skala Brak Cenggiring dan merupakan keturunan dari Putri Si Buai Bulan yang melakukan migrasi ke daerah Tulang Bawang bersama dua marga lainnya, yakni Buai Umpu dan Buai Aji. 

Dengan demikian, adat budaya suku Lampung Tulang Bawang dapat dikatakan lanjutan dari tradisi peradaban Skala Brak yang berasimilasi dengan tradisi dan kebudayaan lokal, yang dimungkinkan sekali telah ada di masa sebelumnya atau sebelum mendapatkan pengaruh dari Kepaksian Skala Brak. 

Kebudayaan Tulang Bawang yang merupakan penyimbang punggawa dari Kepaksian Skala Brak adalah satu kesatuan dari budaya-budaya dan etnis Lampung yang lainnya, seperti Keratuan Semaka, Keratuan Melinting, Keratuan Darah Putih, Keratuan Komering, Sungkai Bunga Mayang, Pubian Telu Suku, Buai Lima Way Kanan, Abung Siwo Mego dan Cikoneng Pak Pekon. 

Pembagian dan pengaturan wilayah kekuasaannya diatur oleh Umpu Bejalan Diway berdasarkan daerah-daerah yang dialiri oleh sungai/way. Secara harfiah Bu-Way atau Buay berarti pemilik sungai/way atau pemilik daerah kekuasaan yang wilayahnya dialiri oleh sungai. 

Semasanya, daerah ini telah terbentuk suatu pemerintahan demokratis yang di kenal dengan sebutan marga. Marga dalam bahasa Lampung di sebut mego/megou dan mego-lo bermakna marga yang utama. Di mana pada waktu masuknya pengaruh Devide Et Impera, penyimbang marga yang harus ditaati pertama kalinya di sebut dengan Selapon. Sela berarti duduk bersila atau bertahta. Sedangkan pon/pun adalah orang yang dimulyakan. 

Ketika syiar ajaran agama Hindu sudah masuk ke daerah Selapon, maka mereka yang berdiam di Selapon ini mendapat gelaran Cela Indra atau dengan istilah yang lebih populer lagi di kenal sebutan Syailendra atau Syailendro yang berarti bertahta raja. 

Mengenai asal muasal kata Tulang Bawang berasal dari beberapa sumber. Keberadaan Tulang Bawang, dalam berbagai referensi, mengacu pada kronik perjalanan pendeta Tiongkok, I Tsing. Disebutkan, kisah pengelana dari Tiongkok, I Tsing (635-713). Seorang biksu yang berkelana dari Tiongkok (masa Dinasti Tang) ke India dan kembali lagi ke Tiongkok. Ia tinggal di Kuil Xi Ming dan beberapa waktu pernah tinggal di Chang’an. Dia menerjemahkan kitab agama Budha berbahasa Sanskerta ke dalam bahasa Cina.

Berdasarkan catatan dari I Tsing, seorang penziarah asal daratan Cina menyebutkan, dalam lawatannya ia pernah mampir ke sebuah daerah di Tanah Chrise. Di mana di tempat itu, walau kehidupan sehari-hari penduduknya masih bersipat tradisional, tapi sudah bisa membuat kerajinan tangan dari logam besi yang dikerjakan pandai besi. Warganya ada pula yang dapat membuat gula Aren yang bahannya dari pohon Aren.
Sewaktu pujangga Tionghoa I Tsing datang melawat dan singgah melihat daerah Selapon, dari I Tsing inilah kemudian di sebut lahirnya nama Tola P’o-Hwang. Sebutan Tola P’o-Hwang dari ejaan Sela-pon. Sedangkan untuk mengejanya, kata Selapon ini di lidah I Tsing berbunyi So-la-po-un.

Berhubung orang Tionghoa itu berasal dari Ke’, seorang pendatang negeri Cina yang asalnya dari Tartar dan dilidahnya tidak dapat menyebutkan sebutan so, maka I Tsing mengejanya dengan sebutan to. Sehingga kata Selapon/Solapun disebutnya To-La P’o-Hwang (Suara Pembangunan, 2005).

Memang hingga kini belum banyak catatan sejarah yang mengungkapkan perkembangan kerajaan ini. Namun catatan Cina kuno menyebutkan pada pertengahan abad ke 4 masehi seorang penziarah agama Budha bernama Fa-Hien (337-422) pernah melawat ke Sumatera. Waktu itu, ketika Fa-Hien melakukan pelayaran ke India dan Srilangka, tapi ia justru terdampar dan singgah di sebuah kerajaan bernama To-Lang P'o-Hwang (Tulang Bawang), tepatnya di pedalaman Chrise (Sumatera). Catatan Fa-Hien tersebut menjelaskan akan keberadaan wilayah Kerajaan Tulang Bawang. Namun dia tidak menyebut di mana persisnya letak pusat pemerintahan kerajaan ini.

Menurut riwayat turun temurun yang dituturkan, mengenai penamaan Tulang Bawang salah satu sumber menyebutkan bahwa sesuai dengan Kerajaan Tulang Bawang yang hingga kini belum di dapat secara mutlak, baik keraton maupun rajanya, demikian juga peninggalan-peninggalannya, bahkan abad berdirinya pun tidak dapat dipastikan, sipat-sipat ini sama halnya dengan sipat bawang. Bentuk bawang, dikatakan bertulang di mana tulangnya. Semakin dicari semakin hilang (kecil), sampai habis tak bertemu dengan tulangnya.

Riwayat kedua, menurut cerita-cerita dahulu raja Tulang Bawang ini banyak musuh. Semua musuh-musuhnya itu harus dibunuh. Karena tempat pembuangan mayat ini di bawang atau lebak-lebak yang akhirnya tertimbunlah mayat-mayat tersebut didalamnya, sampai tinggal tumpukan tulang-tulang manusia memenuhi bawang/lebak-lebak di sungai ini, maka di sebut Sungai Tulang Bawang.

Riwayat ketiga, pada zaman raja Tulang Bawang yang pertama sekitar abad ke IV masehi, dikisahkan permaisuri raja menghanyutkan bawang di sungai, yang sekarang di kenal dengan sebutan Way (Sungai) Tulang Bawang. Kemudian Permaisuri itu menyumpah-nyumpah “Sungai Bawang” lah ini. Semenjak itu, sungai tersebut dinamakan Sungai Tulang Bawang atau Kerajaan Tulang Bawang (Hi. Assa’ih Akip, 1976).

Bila menggunakan pendapat Yamin, maka penamaan Tolang P’o-Hwang akan berarti ”Orang Lampung” atau ”Utusan dari Lampung” yang datang ke negeri Cina dalam abad ke 7 masehi. Yamin mengatakan, perbandingan bahasa-bahasa Austronesia dapat memisahkan urat kata untuk menamai kesaktian itu dengan nama asli, yaitu tu (to, tuh), yang hidup misalnya dalam kata-kata tu-ah, ra-tu, Tu-han, wa-tu, tu-buh, tu-mbuhan dan lain-lain.

Berhubung dengan urat kata asli tu (tuh-to) menunjukkan zat kesaktian menurut perbandingan bahasa-bahasa yang masuk rumpun Austronesia, maka baiklah pula diperhatikan bahwa urat itu terdapat dalam kata-kata seperti to (orang dalam bahasa Toraja), tu (Makasar dan Bugis). Dengan demikian, To-Lang P’o-Hwang berarti To= orang dan Lang P’o-Hwang= Lampung. Sejak itu, orang-orang menyebut daerah ini dengan sebutan Lampung (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Lampung, 1977/1978).

Menurut tuturan rakyat, Kerajaan Tulang Bawang berdiri sekitar abad ke 4 masehi atau tahun 623 masehi, dengan rajanya yang pertama bernama Mulonou Jadi. Diperkirakan, raja ini asal-usulnya berasal dari daratan Cina. Dari namanya, Mulonou Jadi berarti Asal Jadi. Mulonou= Asal/Mulanya dan Jadi= Jadi. Raja Mulonou Jadi pada masa kemudiannya oleh masyarakat juga di kenal dengan nama Mulonou Aji dan Mulonou Haji.

Walaupun sudah sejak 651 masehi utusan dari Khalifah Usmar bin Affan, yaitu Sayid Ibnu Abi Waqqas sudah bertransmigrasi ke Kyang Chou di negeri Cina dan meskipun dikatakan utusan Tulang Bawang pernah datang ke negeri Cina dalam abad ke 7 masehi, namun rupanya orang-orang Lampung kala itu belum beragama Islam.

Setelah memerintah kerajaan, berturut-turut Raja Mulonou Jadi digantikan oleh putra mahkota bernama Rakehan Sakti, Ratu Pesagi, Poyang Naga Berisang, Cacat Guci, Cacat Bucit, Minak Sebala Kuwang dan pada abad ke 9 masehi kerajaan ini di pimpin Runjung atau yang lebih di kenal dengan Minak Tabu Gayaw.


Jeng Asih, Ratu Pembuka Aura dari Gunung Muria




Runjung (Minak Tabu Gayaw) memiliki 3 putra mahkota, masing-masing bernama Tuan Rio Mangku Bumi, Tuan Rio Tengah dan Tuan Rio Sanak. Tuan Rio Mangku Bumi pewaris tahta kerajaan di Pedukuhan Pagardewa, dengan hulubalang Cekay di Langek dan Tebesu Rawang. Sedangkan Tuan Rio Tengah mempertahankan wilayah Rantaou Tijang (Menggala) dan Tuan Rio Sanak mempertahankan wilayah daerah Panaragan dengan panglimanya Gemol (Minak Indah).

Dalam tuturan itu dikatakan juga, untuk mengawasi daerah perbatasan, seperti Mesuji, Teladas, Gedung Meneng, Gunung Tapa, Kota Karang Mersou, Gedung Aji, Bakung dan Menggala, masing-masing tempat tersebut di jaga oleh para panglimanya guna mengamankan wilayah dari serangan musuh, baik dari luar maupun dalam negeri sendiri.

Pada masa Minak Patih Pejurit (Minak Kemala Bumi) terlihat benar susunan struktur pertahanan ini. Tiap-tiap kampung dijaga oleh panglima-panglimanya. Seperti di Kampung Dente Teladas, dijaga Panglima Batu Tembus dan Minak Rajawali, dengan tugas pos pertahanan pertama dari laut.

Arah ke hulu, Kampung Gedung Meneng, Gunung Tapa dan Kota Karang, dengan panglimanya bernama Minak Muli dan Minak Pedokou. Untuk pertahanan, tempat ini dijadikan pusat pertahanan kedua. Sementara, Kampung Meresou atau Sukaraja, dijaga Panglima Minak Patih Ngecang Bumi dan Minak Patih Baitullah, yang bertugas memeriksa (meresou) setiap musuh yang masuk.

Minak Kemala Bumi atau di kenal Haji Pejurit merupakan keturunan raja Kerajaan Tulang Bawang yang telah beragama Islam. Ia lahir dan wafat pada abad ke 16 masehi. Minak Kemala Bumi salah satu penyebar agama Islam di Lampung dan keturunan ke sepuluh dari Tuan Rio Mangku Bumi, raja terakhir yang masih beragama Hindu.

Haji Pejurit atau Minak Patih Pejurit atau Minak Kemala Bumi mendalami ajaran agama Islam berguru dengan Prabu Siliwangi (Jawa Timur). Lalu ia memperistri putri Prabu Siliwangi bernama Ratu Ayu Kencana Wungu. Anak cucu dari keturunan mereka selanjutnya menurunkan Suku Bujung dan Berirung.

Selain catatan dan riwayat, bukti adanya Kerajaan Tulang Bawang, diantaranya terdapat makam raja-raja seperti Tuan Rio Mangku Bumi yang dimakamkan di Pagardewa, Tuan Rio Tengah dimakamkan di Meresou dan Tuan Rio Sanak dimakamkan di Gunung Jejawi Panaragan. Selain itu, ada pula makam para panglima yang berada di sejumlah tempat.
Tuturan rakyat lain mengatakan, raja Kerajaan Tulang Bawang bernama Kumala Tungga. Tak dapat dipastikan dari mana asal raja dan tahun memerintahnya. Namun diperkirakan Kumala Tungga memerintah kerajaan sekitar abad ke 4 dan 5 masehi (Sumber: Drs. Dafryus FA, Menggala, 2009).

Sampai sekarang belum ada yang bisa memastikan pusat Kerajaan Tulang Bawang. Tapi ahli sejarah Dr. J. W. Naarding memperkirakan, pusat kerajaan ini terletak di hulu Way Tulang Bawang, yaitu antara Menggala dan Pagardewa, kurang lebih dalam radius 20 kilometer dari pusat ibukota kabupaten, Kota Menggala.

Meski belum di dapat kepastian letak pusat pemerintahan kerajaan ini, namun berdasarkan riwayat sejarah dari warga setempat, pemerintahannya diperkirakan berpusat di Pedukuhan, di seberang Kampung Pagardewa. Kampung ini letaknya berada di Kecamatan Tulang Bawang Tengah, yang sekarang tempat itu merupakan sebuah kampung di Kabupaten Tulang Bawang Barat, pemekaran dari Kabupaten Tulang Bawang.

Mengenai pusat pemerintahan kerajaan ini, pada sekitar tahun 1960 terjadi peristiwa mistis yang dialami salah seorang warga Kampung Pagardewa bernama Murod. Kejadian yang dialaminya itu seakan menjadi sebuah ‘petunjuk’ akan keberadaan kerajaan yang sampai kini letak pusat pemerintahannya belum juga ditemukan secara pasti.

Waktu itu, Murod tengah mencari rotan di Pedukuhan. Kemudian ia ‘tersesat’ ke sebuah tempat yang masih asing baginya. Di tempat tersebut, Murod melihat rumah yang atapnya terbuat dari ijuk dan dipekarangannya terdapat taman. Di dalam rumah itu, dilihatnya ada kursi kerajaan terbuat dari emas, gong serta perlengkapan lainnya. (Hi. Assa’ih Akip, 1976 dan Hermani, SP, Pagardewa, 2009).

Meningkatnya kekuasaan Kerajaan Sriwijaya pada akhir abad ke 7 masehi, di sebut dalam sebuah inskripsi batu tumpul Kedukan Bukit dari kaki Bukit Seguntang, di sebelah barat daya Kota Palembang mengatakan bahwa pada tahun 683, Kerajaan Sriwijaya telah berkuasa, baik di laut maupun di darat. Dalam tahun tersebut berarti kerajaan ini sudah mulai meningkatkan kekuasaannya.

Pada tahun 686, negara tersebut telah mengirimkan para ekspedisinya untuk menaklukkan daerah-daerah lain di Pulau Sumatera dan Jawa. Oleh karenanya, diperkirakan sejak masa itu Kerajaan Tulang Bawang sudah dikuasai oleh Kerajaan Sriwijaya, atau daerah ini tidak berperan lagi di pantai timur Lampung.

Seiring dengan makin berkembangnya Kerajaan Che-Li P'o Chie (Sriwijaya), nama dan kebesaran Kerajaan Tulang Bawang sedikit demi sedikit semakin pudar. Akhirnya, dengan bertambah pesatnya kejayaan Sriwijaya yang di sebut-sebut pula sebagai kerajaan maritim dengan wilayahnya yang luas, sulit sekali untuk mendapatkan secara terperinci prihal mengenai catatan sejarah perkembangan Kerajaan Tulang Bawang.

Sumber lain menyebutkan, Kerajaan Sriwijaya merupakan federasi atau gabungan antara Kerajaan Melayu dan Kerajaan Tulang Bawang (Lampung). Pada masa kekuasaan Sriwijaya, pengaruh ajaran agama Hindu sangat kuat. Orang Melayu yang tidak dapat menerima ajaran tersebut menyingkir ke Skala Brak. Namun, ada sebagian orang Melayu yang menetap di Megalo dengan menjaga dan mempraktekkan budayanya sendiri yang masih eksis. Pada abad ke 7 masehi, nama Tola P'ohwang diberi nama lain, yaitu Selampung, yang kemudian di kenal dengan nama Lampung.  

ALternatif Health Centre
TOEMAFHTRA AS-SYAKINAH
Kejari: B-46/0.2.25/DSP.4/12/2011
Anda Ingin Segera Sembuh Dari Penyakit? Segera Kunjungi Klinik Kami: Penyembuhan dan Pengobatan Dengan Menggunakan Ramuan Herbal Yang Sudah Diakui Khasiatnya Oleh Para Pakar dan Ahli Kesehatan Dunia.    

RB.Wahyu Wibowo.SE.Msi.Ak.CA.CPAi
Spesialis: Strok, Diabetes, Kanker/Tumor, Darah Tinggi/Rendah, Syaraf (Badan Mati Separo), Maag, Ambeient, Asam Urat, Asma (TBC), Lemah Syahwat,Lama Tidak Punya Keturunan, Ruqyah (Ruwatan Islami)
Komplk: Lamigas Blok A No. 18 Meruyung, Limo – Depok
HP: 081586699981 – 081219630711

CV. PROTECH SERVICE INDONESIA

Selamat Datang di Website CV. Protech Service Indonesia. Kami merupakan perusahaan yang berdiri sejak 2007 bergerak dalam industri Gasket, Alat Mekanik Lainnya, Hidrolik, Bengkel Kapal, Spring mounting Anti vibrasi, restaurant kitchen hotel cathering, Mesin pengasapan Nyamuk, Safety Product, Hydraulic Tools, Hand Cleaner, Pneumatics, roda troli, Gasketing sealing compound anti seize bonding, Cold Galvanish Compound , Screen Wiremesh, Repair Bolt Thread, Mata bor reamer, Selang, Tube Fitting tubing valve, otomotif, isolasi panas. Kami berada di Jl. Meruya selatan DPR I no.17A , kembangan . ( dekat JORR W2 meruya selatan) Jakarta Barat . email : protechserviceindonesia@gmail.com ...... Temukan berbagai produk terbaik kami (Bonpet Inno autimatic, spring mounting, permatex loctite, minifogger mesin, roda trolley castor, wiremesh screen) dengan kualitas dan harga jual terbaik yang bisa Anda dapatkan. Segera Temukan Kebutuhan Anda di 

 www.protechserviceindonesia.com 

Ki Cokro Santri Tunggal: 
Mengatasi Berbagai Macam Masalah


KI COKRO ST,MASTER OF GENDAM: Mengatasi Berbagai Macam Problem Permasalahan Anda langsung Tuntas Tidak Ada Istilah gagal, Sudah Terbukti. Masalah: Pelet, Bisnis, Pelarisan, Kekebalan, Pengisihan Tenaga dalam, Ruwatan, Silat dll.
Hub: HP/WA: 08159852189. Condet, Jakarta Timur www.seputarmistik.com
       
            https://www.youtube.com/channel/UCts5Ua5IehgoRev-E6-zh1A (KI COKRO ST)

“Semarak Pesta Kembang Api Spectakuler”

Kami Perusahaan jasa khusus pengadaan Bunga Api dan Special Efek berdiri sejak 1988, dengan pengalaman 20 tahun dalam melaksanakan pertunjukkan Bunga Api.Kami yang pertama dan terbaik di Indonesia
Kami, menggunakan Bunga Api Impor dengan kualitas terbaik Kelas Dunia yang dapat digunakan dalam rangka menunjang Kegiatan-kegiatan di dalam gedung maupun di luar gedung, khususnya acara malam Pergantian Tahun , Wedding Party, Ulang Tahun Perusahaan, Festival dll, dengan lebih aman dan spectakuler:

Info:085285179336 email: agyudhistira72@gmail


Info & pemesanan:
Padepokan Metafisika Jeng Asih
Jl. Diponegoro 72, Pati – Jawa Tengah 
Jl. Melawai Raya 17, Blok M – Jakarta Selatan
08129358989 - 08122908585
https://djengasih.com/blog/tips-merawat-wajah-agar-glowing-mempesona