
Tabir.com. Kisah perjalanan Mbah Dariah yang bertapa di Panembahan Ronggeng Gandatapa hingga membuahkan hasil, yaitu menjadi lengger yang sangat terkenal di zamannya. Cukup menarik untuk menelusuri atau napak tilas dari sang maestro lengger lanang. kami sengaja mendatangi tempat terakhirnya Dariah bertapa yaitu di Candi Ronggeng.
Berdiri di area dengan luas kurang
lebih tujuh meter persegi, Panembahan Ronggeng atau yang lebih dikenal dengan
Candi Ronggeng tepatnya di Desa Gandatapa, Kecamatan Subang, Kabupaten
Banyumas. Namun, sayangnya sesampai dilokasi yang dijumpai hanya batu-batu yang
berserakan tidak terurus bahkan arca ronggeng-nya pun tidak ada. Dari
keterangan beberapa penduduk keberadaan Panembahan Ronggeng ternyata berkaitan
dengan sejarah perjalanan seorang tokoh yang konon berasal dari Majapahit yang
bernama Gandakusuma.
Arjo Sumito salah satu sesepuh desa
mengatakan, di Desa Gandatapa ada dua tempat petilasan yang berada didua lokasi
dan sangat berkaitan yaitu Candi Ronggeng dan Candi Ebeg dimana kedua tempat
tersebut sering didatangi oleh orang yang memiliki usaha ebeg atau lengger
untuk meminta berkah agar usaha ebeg-nya laku.
Menurut pria yang mengaku sekarang
usianya sudah 113 tahun ini, dinamakan Candi Ronggeng karena tempat tersebut
konon sering digunakan sebagai tempat untuk upacara ritual penobatan penari
ronggeng atau lengger, dan di tempat tersebut konon juga terdapat sebuah patung
penjelmaan dari Nyi Ronggeng. Tapi setelah patung Nyi Ronggeng hilang tempat
tersebut menjadi tidak terurus dan bahkan sudah rusak.
Wiarto Cakum salah satu warga yang
juga sebagai dalang ebeg setempat mengatakan, Candi Ronggeng adalah sebuah
patung yang melambangkan seorang tokoh pengikut Gandakusuma yaitu Nyi Kantil
dan Nyi Penatasari.
”Dulu tempat itu sering didatangi
orang apalagi pada hari-hari tertentu, tapi setelah patung ronggengnya dicuri
orang sekitar tahun 90-an, tidak ada lagi yang berkunjung maupun menjalankan
ritual lagi,” tuturnya.
Menurutnya, selain terdapat patung
ronggeng, di candi tersebut juga terdapat patung badut, patung kendang, dan
watu gunung, yang semuanya berada pada satu lokasi. Sayangnya yang sekarang
masih tersisa hanya patung kendang, dan watu gunung saja.
“Kita sebenarnya berencana dalam
waktu dekat ini akan membenahi kembali Candi Ronggeng, dan kebetulan patung
yang dulu hilang itu sudah diketemukan dan akan kita ambil setelah tempatnya
kita benahi,” jelasnya.
Di Desa Gandatapa juga terdapat
Candi Ebeg yang berada disebelah timur pemukiman penduduk tempat dimana Raden
Baribi atau Gandakusuma bertapa. Dikisahkan oleh Wiarto Cakum, Gandakusuma
merupakan salah satu tokoh dari Majapahit yaitu Raden Baribi yang mengembara
dan bertapa di Desa Gandatapa. Konon pada waktu Raden Baribi bertapa, dari tempat
bertapanya muncul bau yang sangat harum oleh sebab itulah seorang tokoh
setempat yang bernama Mbah Suryolangu memberikan nama Gandakusuma ditempat
tersebut yang berarti bau harum.
Dinamakan Candi Ebeg karena ditempat
tersebut terdapat sebuah batu yang tertanam dibawah pohon besar yang umurnya
diperkirakan sudah ratusan tahun yang menyerupai bentuk ebeg atau kuda kepang.
Pada pojok sebuah sisi lain terdapat sebuah susunan batu yang terlihat
menyerupai kuburan atau nisan dengan susunan batu berukuran sedang dengan
bentuk semi lingkaran. Diantara akar pohon yang menyembul juga banyak terdapat
susunan batu berukuran sedang yang jumlahnya terbilang banyak.
Berbeda dengan Candi Ronggeng yang
sudah rusak dan tidak dipergunakan lagi, Candi Ebeg ini masih dipergunakan
untuk melakukan ritual baik perseorang maupun rombongan, hal itu bisa terlihat
dari banyaknya sisa-sisa pembakaran dupa di lokasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar