Sekelumit Legenda/Mitos Sunan Lawu
Misteri Gunung Lawu |
Tabir.com.
Ada beberapa versi cerita sunan lawu....maka jarang saya posting, karena akan
menimbulkan banyak pertanyaan... salah satunya menurut Pusaka Jawatimuran, saya
sampaikan sebagian kisahnya sbb : “Wahai anakku Prabu Brawijaya. Telah datang
waktunya kamu kembali ke alam dewa-dewa. Tugasmu di dunia telah selesai dan
pulung keraton telah pindah ke Bintara. Untung.lah yang mendapatkannya ialah
puteramu sendiri R. Patah. Kamu menjadi penutup ratu Budha, anakmu R. Patah
menjadi raja Islam yang pertama. Oleh karena itu cepatlah engkau moksa, karena
telah tersedia kerajaan baru bagimu.”
Lama Prabu Brawijaya
duduk terpekur, mengatur pikiran dan perasaannya. Baginda telah jelas menerima
perintah dewa dewa. Waktu pergi telah datang. Waktu yang telah lama
dinantinantikan. Tetapi mengapa datangnya masih terasa tiba-tiba. Baginda
terpekur, mengatur perpisahannya, diikuti oleh semadi yang Iebih khidmat, lebih
tenang dan tenteram. Baginda bersedia moksa. Di angkasa terdengar suara yang
meledak, yang keras tiada tara. Seluruh kota Majapahit berguncang-guncang.
Maki.n lama makin pekat .. . makin pekat. Sri Baginda telah moksa dengan
iieluruh istananya. Semua keluarganya, isteri-isteri dan anak-anak yang masih
belum dewasa dibawa serta oleh Baginda, pindah ke kerajaan yang baru. Kata
orang yang tahu akan alam yang gaib, Sri Baginda pindah ke gunung Lawu, dan
berganti gelar menjadi Sunan Lawu x).
Keesokan harinya, pada
waktu ayam mulai berkokok, R. Bondan Surati dengan dua orang pelayannya bernama
Kanta dan Kanti masuk ke istana hendak menghadap Baginda, tetapi didapatinya
istana telah hilang, yang tinggal hanyalah sebuah danau tepat di temp at istana
dahulu. Rasa kosong merayap ke dalam hatinya. Ia merasa, bahwa Sri Baginda
telah melarangnya melawan musuh, buktinya tiada sebuah pusaka pun yang
tertinggal. Oleh karena itu ia berniat meninggalkan kerajaan, hanya diikuti
oleh Kanta dan Kanti.
Tetapi · sebenarnya
masih ada yang ditinggalkan Sri Baginda, yaitu permaisuri Dwarawati, karena
permaisuri itu telah Islam dan tinggal di istana yang lain yang bernama Gentan.
Delapan hari kota Majapahit diliputi oleh kegelapan. Telah tersiar bahwa prabu
Brawijaya telah moksa. R. Bondan Surati telah lolos. Para adipati di bawah
pimpinan Arya Simping memutuskan untuk menyerah . Bahkan Ratu Dwarawati
menyetujui putusan itu . Hanyalah putera-puteri Baginda tidak mau menyerah dan
melarikan diri pada waktu malam. Oleh karena itu segera mereka mengumpulkan
senjatanya untuk diserahkan kepada senapati Bintara. Pada hari yang baik dengan
tak bersenjata sebilah pun para dipati di bawah pimpinan Arya Simping menyambut
tentara Bintara dan langsung menemui Patih Wanasalam, yang membawa mereka
menghadap Adipati Natapraja untuk menyatakan takluknya. Sang adipati sangat
heran mendengar, bahwa Sri Baginda telah moksa. Iapun sangat sedih, ingat bahwa
Sri Baginda itu masih ayahnya sendiri.
Sunan Lawu menurut
wikipedia, beda lagi ,
Puncak Lawu Hargo Dumilah yang Wingit |
Sebagian kisahnya
sbb:Pada malam itu pulalah Sang Prabu dengan hanya disertai pemomongnya yang
setia Sabdopalon diam-diam meninggalkan keraton dan melanglang praja dan pada
akhirnya naik ke Puncak Lawu. Sebelum sampai di puncak, dia bertemu dengan dua
orang kepala dusun yakni Dipa Menggala dan Wangsa Menggala. Sebagai abdi dalem
yang setia dua orang itu pun tak tega membiarkan tuannya begitu saja. Merekapun
pergi bersama ke puncak Harga Dalem.
Saat itu Sang Prabu
bertitah, "Wahai para abdiku yang setia sudah saatnya aku harus mundur,
aku harus muksa dan meninggalkan dunia ramai ini. Dipa Menggala, karena
kesetiaanmu kuangkat kau menjadi penguasa gunung Lawu dan membawahi semua
mahluk gaib dengan wilayah ke barat hingga wilayah gunung Merapi/gunung
Merbabu, ke timur hingga gunung Wilis, ke selatan hingga Pantai selatan , dan
ke utara sampai dengan pantai utara dengan gelar Sunan Gunung Lawu. Dan kepada
Wangsa Menggala, kau kuangkat sebagai patihnya, dengan gelar Kyai Jalak.
Tak kuasa menahan
gejolak di hatinya, Sabdopalon pun memberanikan diri berkata kepada Sang Prabu:
Bila demikian adanya hamba pun juga pamit berpisah dengan Sang Prabu, hamba
akan naik ke Harga Dumiling dan meninggalkan Sang Prabu di sini.
Singkat cerita Sang
Prabu Brawijaya pun muksa di Harga Dalem, dan Sabdopalon moksa di Harga
Dumiling. Tinggalah Sunan Lawu Sang Penguasa gunung dan Kyai Jalak yang karena
kesaktian dan kesempurnaan ilmunya kemudian menjadi mahluk gaib yang hingga
kini masih setia melaksanakan tugas sesuai amanat Sang Prabu Brawijaya. Dan
mungkin masih ada beberapa versi lagi mengenai Sunan Lawu yang tidak kami wedar
disini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar