Tabir.com. Awal Mula Jaka
Tingkir Mengabdi Di Kerajaan Demak – Inilah masa mulainya Jaka Tingkir Mengabdi di Demak Kota Wali – Setelah beranjak
Dewasa, Dia (Mas Karebet) dibawa oleh oleh seorang janda dari Ki Ageng Tingkir.
Disana ia sangat dimanja dan disayangi, dituruti semua apa yang dia inginkan.
Lantaran janda Ki Ageng sangatlah kaya-raya, terhormat diantara tetangga desa,
Mas Karebet lantas populer dengan sebutan Jaka Tingkir. Tindak-tanduknya tidak sama dengan anak-anak lain.
Ia suka menyepikan diri di gunung, di rimba, atau di gua-gua hingga sepuluh
malam atau 1/2 bln.. Kemauannya tidak bisa dihindari serta dihalangi. Disuatu
hari Jaka Tingkir pulang lantas
dipeluk oleh ibunya dan diberitahu, “Nak, anda janganlah sukai ke
gunung-gunung. Ketahuilah bahwa orang yang sukai bertapa di rimba serta di
gunung itu masih tetap kafir, belum berpedoman agama Kanjeng Nabi. Tambah baik
anda berguru pada mukmin. ”
Ki Jaka lantas pamit bakal berguru pada
seseorang mukmin. Ibunya merelakan. Ki Jaka pergi sendirian ke utara, ke timur
hingga di Sela, untuk berguru pada Ki Ageng Sela. Ki Ageng sangatlah suka
lihat Ki Jaka Tingkir. Ia lantas
diangkat jadi cucunya, sangatlah dimanjakan hidupnya. Disana Ki Jaka suka
mendalang sampai populer kepandaiannya mendalang. Ki Ageng Sela makin bertambah sayangnya. Mereka tak pernah
berpisah. Bila Ki Ageng tengah menyepi, Ki Jaka juga di ajak.
Sesungguhnya Ki Ageng Sela tengah menyepi. Didalam batinnya besar sekali
permintaannya ke Allah mudah-mudahan nantinya bisa turunkan beberapa raja yang
kuasai tanah Jawa. Ia terasa masih tetap kerabat keturunan Raja Brawijaya di Majapahit. Saat itu
Ki Ageng Sela telah tujuh hari tujuh malam tinggal di gubuk di ladang yang baru
di buka, terdapat di samping timur Tarub yang dimaksud rimba di Renceh. Satu
malam Ki Ageng tidur di situ. Jaka Tingkir tidur dibawah. Ki Ageng punya mimpi
ke rimba membawa kapak bakal membabat rimba. Terlihat dalam mimpinya Ki Jaka
Tingkir telah ada disana, serta semua pohon telah rubuh, ditarik oleh Ki Jaka
Tingkir. Didalam mimpinya Ki Ageng heran sekali serta terbangun dari tidurnya.
Jaka Tingkir masih tetap tidur dibawah, lantas dibangunkan. Ki Ageng ajukan
pertanyaan, “Nak, sepanjang saya tidur apakah anda tak pergi-pergi? ” Jawab Ki
Jaka, “Tidak. ”
Saat Ki
Ageng Sela mendengar jawaban cucunya, sangatlah menyesal mengapa
seluruhnya hanya mimpi. Bicara dalam batin, “Menyesal benar saya. Besar
permintaanku pada Allah, serta sampai kini saya belum pernah memperoleh firasat
sekian. ” Anak yg tidak memohon kepada-Nya ini jadi di beri firasat seperti
itu. Ki Ageng lantas ajukan pertanyaan pada Ki Jaka Tingkir, “Nak, seingatmu dahulu
pernah punya mimpi apa? ” Ki Jaka menjawab dengan cara terus-terang, “Ketika
saya tengah tirakat di Gunung Telamaya, di situ saat malam saya tidur serta
punya mimpi kejatuhan bln.. Saat itu juga Gunung Telamaya ada nada menggelegar.
Saya lantas terbangun, mimpi itu arti apa? ” Ki Ageng yang mendengar narasi
cucunya itu makin heran. Dalam batinnya apabila tak takut pada Allah, Ki Jaka
bakal di buat celaka. Namun Ki Ageng sadar bila kodrat Allah tidak bisa tidak
diterima oleh manusia.
Ki Ageng Sela berkata, “Nak, tak perlu
ajukan pertanyaan apa arti impianmu. Itu bagus sekali, itu raja semua yang
dimimpikan. Mengenai saran saya kepadamu, saat ini mengabdilah ke Demak. Itu
bakal jadi perantaraan untuk bersua arti dari mimpimu. Saya menolong dalam doa
saja. ” Ki Jaka Tingkir menjawab, “Saya bersedia melakukan perintah
Eyang. Saya junjung tinggi selamanya. ” Ki Ageng berkata lagi, “Iya, Nak, saya
bakal kurangi makan serta tidur. Mudah-mudahan anda bisa menemukannya. Namun
Nak, mudah-mudahan anak-turunmu nantinya bisa jadi penerus wahyumu. ” Ki Jaka
mengiyakan saja. Sesudah Ki Ageng Sela mendengar jawaban Ki Jaka itu sangat
lega hatinya, panjang-lebar ajarannya pada Ki Jaka.
Ki Jaka Tingkir lantas pergi. Dalam
perjalanannya ia singgah ke Tingkir, memberi tahu ibunya perintah Ki Ageng
Sela. Ibunya berkata, “Nak, panduan Ki Ageng Sela itu benar sekali, jadi ada
suatu hal yang diinginkan. Selekasnya kerjakan, namun tunggu dua orang pembantu
saya. Baru saya suruh bersihkan rumput tanaman padi gaga. Mereka bakal saya
suruh mengantarkan anda. Saya mempunyai saudara laki-laki sebagai abdi di
Demak, namanya Kyai Ganjur jadi Lurah Suranata. Kepadanya anda kutitipkan serta
menghadapkan pada sang raja. ”
Ki Jaka Tingkir menurut perintah ibunya.
Lantas mereka pergi ke ladang menolong ke-2 pembantu itu menyiangi rumput.
Hingga satu hari tak pulang-pulang. Sesudah saat Asar datanglah mendung serta
hujan gerimis. Sunan Kalijaga tengah ada dekat ladang itu bertongkat cis. Ki Jaka Tingkir di panggil dari luar
padang padi gaga itu. tuturnya, “Nak, anda itu senantiasa bersihkan tanaman
padi gaga saja. Berhenti, cepatlah mengabdi ke Demak karena anda itu calon raja
yang kuasai tanah Jawa. ” Usai berkata, Sunan Kalijaga lantas pergi ke utara.
Sesudah telah tidak terlihat Ki Jaka pulang menceritakan pengalaman itu pada
ibunya.
Mendengar itu ibunya sangat senang, dan
berkata, “Nak, anda itu mujur sekali memperoleh panduan dari Sunan Kalijaga.
Selekasnya berangkatlah ke Demak, janganlah menunggu-nunggu ke ladang gaga
lagi. Bekasnya saya gotong-royongkan saja. ” Ki Jaka lantas pergi dibarengi dua
orang pembantunya. Setelah tiba di Demak, berkunjung dirumah Kyai Ganjur.
Sultan Bintara telah tiba waktunya di
panggil Tuhan. Ia meninggalkan enam putra. Nomer satu putri bernama Ratu Mas,
telah bertemumi dengan Pangeran Cirebon. Nomer dua Pangeran Sabrang Lor yang
menukar Raja. Lantas Pangeran Seda Lepen, Raden Trenggana, Raden Kandhuruhan.
Bungsunya bernama Raden Pamekas.
Pengganti raja itu tak lama. Ia mangkat belum berputra. Raja digantikan oleh
Raden Trenggana serta bergelar Sultan Demak. Patih Mangkurat juga telah wafat,
yang menukar patih yaitu anak laki-lakinya yang bernama Patih Wanasala.
Kebijaksanaannya melebihi ayahnya. Beberapa bupati dibawah seluruhnya segan
serta sayang.
Raden Jaka
Tingkir
telah di terima mengabdi pada Sultan Demak. Diterimanya pengabdiannya itu
berawal dari satu momen. Waktu itu Sultan Demak keluar dari masjid, Ki Jaka
baru duduk di tepi blumbang, kolam. ingin menyingkir tak dapat, karena
terhambat oleh blumbang itu. Ki Jaka lantas melompati kolam itu dengan gerakan
membelakang. Saat melihat itu Sultan Demak sangatlah terperanjat. Lantas
ditegur. Ki Jaka menjawab bahwa dianya yaitu keponakan Kyai ganjur. Ki Jaka
lantas dihadapkan serta diangkat jadi abdi.
Kanjeng Sultan sangatlah sayang pada Ki Jaka Tingkir, karena rupanya tampan dan sakti kedigdayaannya. Makin lama Ki Jaka Tingkir diangkat jadi putranya, di beri wewenang keluar-masuk istana dan jadikan pimpinan prajurit tamtama, populer di semua kerajaan Demak. Selang beberapa saat lagi Sang Prabu mempunyai kemauan menaikkan prajurit tamtama lagi beberapa empat ratus orang. Sang Prabu mengambil serta pilih beberapa orang dari semua negeri serta pedusunan, diambil orang yang sakti serta kuat. bila telah diperoleh lantas diuji serta diadu dengan banteng. Bila dapat melekateng banteng sampai remuk kepalanya, di terima jadi prajurit tamtama.
Alkisah, ada orang dari Kedu Pingit, namanya
Ki Dhadhung Awuk. Rupanya buruk, sangatlah sombong dengan kekuatannya. Ia
datang ke Demak punya niat jadi prajurit tamtama. Sesudah dihadapkan Ki Jaka
Tingkir, lantas di panggil. Sesudah lihat tampangnya Jaka Tingkir
sangatlah tak sukai, karena rupanya sangatlah tak mengasyikkan. Lantas di
tanya, berhubung di kampungnya telah populer kuatnya, beranikah dicoba untuk
ditusuk? Jawabannya ya berani? Dhadhung Awuk lantas ditusuk dengan sadak kinang
(alat untuk makan sirih). Dadanya pecah, lantas tewas. Rekan-rekan tamtama
diminta menusuki dengan keris. Mayat Dhadhung Awuk lukanya sangat kronis.
Raden Jaka Tingkir kesaktiannya makin
termasyhur. Ketika itu, kematian Dhadhung Awuk dilaporkan pada Sultan. Jaka
Tingkir sudah membunuh orang yang ingin masuk jadi prajurit tamtama. Kanjeng
Sultan sangatlah geram, karena ia yaitu raja yang sangatlah adil. Raden Jaka
Tingkir lantas diusir dari Demak. Raja berikan duit duka pada pakar warisnya
yang wafat sebesar lima ratus reyal.
Mengenai Raden Jaka Tingkir lantas pergi saat itu juga dari Demak. Siapapun
yang lihat sangatlah kasihan seluruhnya, rekan-rekan prajurit tamtama juga
menangisinya. Raden Jaka Tingkir sangatlah menyesal dengan
tindakannya yang telah berlangsung serta begitui malu lihat beberapa orang
Demak. Tubuhnya tidak berdaya. dalam hatinya sangatlah suka bila selekasnya
mati saja. Maksud perjalanannya ke arah tenggara masuk ke rimba besar, tak
terang yang dituju lantaran sangatlah bingung hatinya.
https://www.youtube.com/channel/UCts5Ua5IehgoRev-E6-zh1A ( KI COKRO ST )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar