Kamis, 28 April 2016

Ziarah Ke Makam Sanghyang Jakarta


Makam Pangeran Shanghyang 
Tabir.com. Kompleks Makam Pangeran Sanghyang menempati sebuah pekarangan cukup luas, berada tepat sebelum kompleks Makam Pangeran Jayakarta

 di Jl Jatinegara Kaum, Jakarta Timur.


Meskipun sangat berdekatan, namun kunjungan ke Makam Pangeran Sanghyang ini baru terjadi beberapa tahun kemudian setelah lebih dulu berkunjung ke Makam Pangeran Jayakarta.


Itu pun karena berkali-kali saya melewati jalan di depan kompleks makam, dan melihat papan nama makam yang menggantung di gerbangnya. Rasa ingin tahu tentang makam ini yang terus tumbuh menguat akhirnya mampu menghentikan kendaraan yang saya tumpangi dan kemudian memarkirnya di tepi jalan.
Langkah kaki pun membawa saya masuk ke dalam kompleks itu, melewati sebuah pintu beratap genting, diapit tembok tinggi memanjang yang terlihat masih cukup baru. Syukur bahwa pagar besi pintu masuk itu tidak terkunci, sehingga memudahkan bagi orang yang ingin berkunjung ke tempat ini.
Situs jakarta.go.id menyebutkan bahwa Pangeran Sanghyang (Raden Syarif bin Pangeran Senopati Ngalaga) adalah tokoh Islam keturunan Bangsawan Banten. Ia berjuang melawan Belanda bersama Pangeran Tubagus Badaruddin dan tokoh lain. Pangeran Sang Hyang dibuang oleh VOC ke Sri Lanka pada 1746 – 1750, sekira seabad setelah kedatangan Pangeran Sageri ke Jatinegara Kaum.

Seorang pengendara sepeda motor melintas di depan kompleks Makam Pangeran Sanghyang. Kendaraan roda empat terpaksa diparkir di tepi jalan dengan separuh roda naik ke atas trotoar, agar tidak mengganggu lalu lintas, meskipun merampas hak pejalan kaki. Serba salah.
Area parkir yang sudah direncanakan sejak 2010, yang juga dimaksudkan untuk menampung kendaraan para peziarah Makam Pangeran Jayakarta tampaknya sudah selesai, namun hingga beberapa waktu lalu belum juga digunakan. Kedua kompleks makam yang direncanakan akan terhubung itu juga masih belum dibuka jalan tembusnya.
Wisata Ritual Makam Pangeran Shanghyang
Dalaman Kompleks Makam Pangeran Sanghyang ini terlihat cukup terawat. Sisi kanan kompleks Makam Pangeran Sanghyang ini mengarah ke Makam Pangeran Jayakarta, jika saja akses jalan tembusnya sudah dibuka. Di ujung kanan juga terdapat gerumbul rumpun bambu padat, satu hal yang sudah sangat jarang dijumpai di kota-kota.

Bangunan berukuran 8×7 meter di ujung itu adalah cungkup Makam Pangeran Sanghyang. Di sebelah kanan ada bangunan bercat hijau yang berfungsi sebagai musholla dan kantor kuncen yang tengah tertidur pulas. Saat itu bulan puasa dan matahari baru naik sepenggalah. Jam enak tidur.
Pohon-pohon kamboja dengan batang sangat tua menghiasi pekarangan di sisi kanan kompleks Makam Pangeran Sanghyang ini. Beberapa kubur tua tanpa nama bisa dijumpai di sisi ini. Tidak ada kubur baru di kompleks makam, sebagaimana dituturkan Amin, petugas kebersihan yang muncul sesaat sebelum saya meninggalkan lokasi.
Pada kaca cungkup Makam Pangeran Sanghyang menempel foto kuncen berkumis baplang bernama R. H. Upi Supriyadi. Tulisan di bawah fotonya menyebutkan bahwa ia adalah seorang pemerhati Cagar Budaya, serta ada tulisan yang menyatakan bahwa walaupun beberapa kali dilakukan renovasi, tetapi bentuk makam terus dipertahankan.
Di sebelah kiri cungkup Makam Pangeran Sanghyang terdapat Makam Tubagus Unung bin Tubagus Aslan. Tidak diketahui siapa orang ini, selain bahwa ia seorang bangsawan Banten. Di sebelah kanan cungkup terdapat sebuah kubur lagi dengan tulisan Raden Kojong pada nisannya.

Makam Pangeran Sanghyang, dibalut kelambu berwara putih, diapit payung susun tiga yang mengembang. Karpet di depan kubur ini terlihat bersih. Bunga sedap malam diletakkan di atas kubur. Pada dinding kanan terdapat tengara pemugaran makam bertanggal 17 Agustus 2002 yang dibiayai keluarga KH Rd Moh Alibasyah dan putera-puterinya.

Makam Pangeran Shanghyang  Jakarta 

Pangeran Tanzul Arifin adalah putera Pangeran Sageri (Pangeran Sugiri, Pangeran Sogiri, atau Ash-Shogiri). Ia adalah cucu Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1672), keturunan Syarif Hidayatullah. Pangeran Sageri datang ke Jatinegara Kaum pada 1640 bersama saudaranya yang bernama Pangeran Sake untuk membantu perjuangan Pangeran Jayakarta yang membangun kekuatan di daerah ini, setelah menyingkir dari daerah Pasar Ikan lantaran diserbu Belanda.
Di sebelah kanannya terdapat makam “Ibu Sri Ratu Pembayu”, dan di kiri bawahnya ada dua makam lagi. Paling kiri, dimana terdapat batang pohon mati, adalah makam Pangeran Tanzul Arifin. Di sebelahnya adalah Makam Pangeran Nasib. Setiap makam terlihat sangat rapi, dilapis keramik bermutu dengan panjang kijing sekitar 2,25 meter.

Keluar dari makam saya sempat berjalan menyusur pekarangan ke arah kompleks Makam Pangeran Jayakarta yang masih belum dibuka aksesnya itu, menikmati pemandangan gerumbul pohon bambu lebat yang sudah lama tidak pernah saya lihat semenjak tinggal di Jakarta, serta melihat beberapa makam kuno di bawah pohon-pohon kamboja yang batangnya berliuk-liuk saking tuanya.
Ketika sudah keluar dari gerbang Makam Pangeran Sanghyang itulah baru muncul Pak Amin, si petugas kebersihan, yang mengaku telah bekerja di tempat ini sejak tahun 1997. Sepintas ia juga menyebutkan bahwa Pangeran Sanghyang adalah keturunan ke-13 dari Siliwangi, Raja Pajajaran. Wallahua’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar