Tabir.com. Adalah
ketika tengah mengamati kiri kanan jalan ketika dalam perjalanan menuju ke Pantai Pecaron Srati Kebumen saya melihat ada
sebuah undakan memanjang dan meninggi menuju ke atas perbukitan di sebelah kiri
jalan Desa Srati. Saya tak ingat benar apakah ada tengara, namun sepertinya
tidak. Undakan ke bukit itu yang menarik perhatian saya.

Sayang ia
tak memberi keterangan banyak. Hanya saja ia menyebutkan di atas bukit memang
ada empat makam kuno. Mungkin karena tidak tahu, atau takut salah memberi
informasi, sehingga ia memilih meminta orang memanggil kuncen Makam Keramat
Srati itu. Khawatir lama menunggu kuncen, saya berjalan naik ke atas bukit
lebih dulu.
Undakan disemen rapi menuju ke atas perbukitan yang menarik perhatian saya itu. Ada setidaknya 119 anak tangga yang saya tapaki untuk sampai di puncak bukit yang cukup luas. Yang pertama terlihat adalah tembok rendah membentuk bidang segi empat yang memagari makam di keempat sisinya, dengan hanya satu lubang masuk.
Di dalam
tembok rendah segi empat empat itu memang terdapat empat makam, hanya saja
keempat makam itu berbeda dengan makam pada umumnya. Bahkan makam yang satu
dengan makam yang lain bentuknya juga tak sama. Satu-satunya penyama dari
keempat makam itu adalah semuanya dari batu, kebanyakan berbentuk segi empat.
Penampakan dari empat Makam Keramat Srati Kebumen yang letaknya tak beraturan dan bentuk makamnya pun berbeda satu dengan yang lainnya. Setiap makam tidak ada nama pada nisannya sehingga, dan sebagian nisan juga sudah rompal. Hanya nama-namanya saja yang saya ketahui dari kuncen yang bertemu belakangan setelah saya turun dari bukit.
Di setiap
makam ada bekas bakaran dupa kehitaman, menandai bahwa keempat makam ini memang
ada yang mengkeramatkannya, entah itu penduduk setempat atau peziarah dari
daerah lain. Menurut kuncen, penghuni makam adalah Embah Bekel, Embah
Suryadikesumo (latar depan, makam panjang),
Den Bagus Sosro, dan Den Bagus
Cemeti (sebelah kanan).
Kuncen yang berkain sarung, dengan seorang penduduk, berdiri di luar pagar Petilasan Nyai Sukendar, yang berada di tepi jalan Desa Srati, beberapa puluh langkah dari awal undakan ke makam di atas bukit. Menurut Sadimeja, kuncen yang usianya sudah 87 tahun itu, Nyai Sukendar adalah kakak keempat orang yang dimakamkan di atas bukit itu.
Di petilasan
ini dulu ada batang kayu jati setingga 12 meteran, namun kemudian tertutup oleh
Pohon Bulu yang sangat besar dan tinggi itu. Menurut Sadimeja, awalnya ada
priyayi Solo datang ke tempat ini yang ketika itu belum ada penduduknya. Sore
rasan kalau mati di sini siapa nanti yang akan merawat, malamnya datang keempat
orang itu.

Bagaimanan
pun saya senang telah mampir ke atas bukit dan melihat makam keempat orang yang
dihormati sebagai pepunden penduduk Desa Srati. Melihat bentuk batu makamnya,
boleh jadi bahwa dahulu di tempat itu terdapat sebuah candi Hindu, dan batu
bekas candi itu yang kemudian digunakan sebagai bahan penyusun kubur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar