Sabtu, 30 April 2016

Kisah Joko Tingkir yang Legendaris

  

Tabir.com.  Nama asli dari Joko Tingkir yaitu Mas Karebet. Bapak Joko Tingkir adalah murid Syekh Siti Jenar yang bernama Ki Ageng Pengging. Bapak Joko Tingkir memiliki rekan seseorang dalang yang bernama Ki Ageng Tingkir. Waktu Joko Tingkir dilahirkan, Ki Ageng tengah melakukan pergelaran wayang dengan Ki Ageng Tingkir. 




Tetapi sesudah pulang dari pertunjukan Ki Ageng Tingkir mendadak jatuh sakit serta wafat. Ki Ageng Pengging pernah dituduh juga sebagai pemberontak Kerajaan Demak hingga dihukum mati oleh Sunan Kudus. Sesudah Ki Ageng wafat, Nyai Ageng Pengging yang disebut ibu Mas Karebet juga wafat sesudah jatuh sakit. Mulai sejak tersebut Mas Karebet diasuh oleh Nyai Ageng Tingkir (istri Ki Ageng Tingkir). Sepanjang diasuh oleh Nyai Ageng Tingkir, Mas Karebet tumbuh jadi sosok pemuda yang sangatlah suka pada bertapa.
  
Mas Karebet juga dijuluki Joko Tingkir lantaran dia masih tetap muda jadi anak angkat Nyai Ageng Tingkir. Joko Tingkir juga berguru pada Sunan Kalijaga. Terkecuali pada Sunan Kalijaga, dia sempat juga berguru pada Ki Ageng Sela. Sesudah berguru, Joko Tingkir mau mengabdi ke kerajaan Demak. Disana Joko Tingkir tinggal di suatu rumah Kyai Gandamustaka. Kyai Gandamustaka adalah saudara Nyi Ageng Tingkir sebagai perawat Masjid Agung Demak serta berpangkat lurah ganjur. Lantaran Joko Tingkir pintar menarik simpati Raja Trenggana, pada akhirnya Joko Tingkir diangkat jadi kepala prajurit Demak berpangkat lurah wiratamtama.

Sesudah diangkat jadi kepala prajurit Demak, Joko Tingkir di beri pekerjaan untuk menyeleksi tentara baru yang bakal masuk jadi prajuritnya. Di antara calon tentara baru ada seorang yang bernama Dadungawu yang sangatlah sombong dengan kesaktiannya. Lantas, Joko Tingkir menguji kesaktian Dadungawuk. Tetapi dalam uji kesaktian, Dadungawuk tewas cuma dengan memakai Sadak Kinang. Mengakibatkan tewasnya salah satu calon prajuritnya, Joko Tingkir dipecat Sultan Trenggono dari ketentaraan serta diusir dari Demak.

Sesudah diusir dari Demak, Joko Tingkir berguru pada Ki Ageng Banyubiru atau Ki Kebo Kanigoro yang disebut saudara tua ayahnya. Sesudah tamat berguru, dia kembali pada Demak berbarengan ketiga murid yang lain, yakni Mas Manca, Mas Wila, serta Ki Wuragil. Dalam perjalanan, rombongan Joko Tingkir menyusuri Sungai Kedung Srengenge dengan memakai rakit. Mendadak nampak siluman buaya yang menyerang mereka. Tetapi dengan kesaktian ke empat murid itu, siluman buaya mampu untuk dikalahkan. Bahkan juga, siluman-siluman itu menolong Joko Tingkir mendorong rakit hingga ke maksud.
Ketika itu, Sultan Trenggono dengan keluarganya tengah melakukan wisata di Gunung Prawoto. Lantaran Joko Tingkir mau mencari simpati dari Trenggana untuk terima Joko Tingkir kembali di kerajaan Demak, dia melepas seekor kerbau hilang ingatan yang dinamakan Kebo Danu. Kerbau itu di beri mantra oleh Joko Tingkir lewat cara di beri tanah kuburan pada telinga kerbau. Kerbau itu mengamuk menyerang pesanggrahan raja, dimana tak ada prajurit yang dapat hentikan kerbau itu. Mendadak Joko Tingkir nampak serta hadapi kerbau hilang ingatan. Kerbau itu dengan gampang dibunuh ditangan Joko Tingkir. Atas layanan Joko Tingkir, Sultan Trenggono mengangkat kembali Joko Tingkir jadi lurah wiratama.
Joko Tingkir lahir saat Ki Ageng Tingkir, guru Ayahnya (Ki Ageng Pengging atau Kebo Kenongo), jadi dalang wayang papar, oleh karena itu Joko Tingkir di sebut Karebet lantaran Wayang Papar yang terbuat dari kertas berbunyi “Kerebet-Kerebet” apabila tertiup angin waktu hujan. Ki Ageng Pengging berguru Pada Syech Siti Jenar, yang mengajarkan rencanaManunggaling kawulo gusti (Wahdatul Sujud) yang dikira melenceng dari ajaran Islam. Ki Ageng Pengging di eksekusi oleh Sunan Kudus atas Perintah Sultan Bintoro (Raden Patah). Teman dekat tunggal Guru Ki Ageng Pengging yaitu Ki Ageng Tingkir, Ki Ageng Selo, Ki Ageng Tarup, Ki Ageng Ngerang, Ki Ageng Perlu, Ki Ageng Majasta, Ki Ageng Banyu biru, Ki Ageng Nglawean, Ki Ageng Talpitu.
Empat puluh hari lalu, Nyai Ageng Pengging Wafat, serta Karebet di bawa serta di asuh oleh Nyai Ageng Tingkir (yang juga telah Janda) di desa Tingkir, oleh karena itu dikenal juga sebagai Joko Tingkir. Dalam perjalanan ke Demak, Joko tingkir bersua dengan Sunan Kali Jaga lah yang meramalnya bahwa Nantinya dia bakal jadi Raja Besar di Jawa.

Bukanlah lantaran motif dendam ataupun yang lain, tetapi konflik di sini berlangsung lantaran satu ketidaksamaan pandangan dalam kemaslahatan pengetahuan Ma’rifatillah. Inilah simakannya, berubahnya karakter Arya Panangsang, berawal dari kematian gurunya Panglima Pasopati agung Sunan Kudus, serta mulai sejak itu juga sifatnya sangatlah keras, angkuh serta terasa paling sakti didunia. Hal sejenis ini baginya tak ada lagi Wali yang dapat menuntunnya terkecuali (Alm) gurunya.
Cerita pergantian karakter Arya Panangsang, bikin semua murid Wali yang lain terasa tercengang. Ya siapa yang tidak kenal dengan nama Arya Panangsang, seseorang panglima perang paling tangguh dengan semua kesaktian yang pernah ada, beliau juga seseorang yang sangatlah arif serta bijaksana dalam semuanya, tetapi dengan perubahannya sekarang ini bikin hati beberapa murid yang lain sangatlah terpukul.

Bagaimana tidak, Arya Panangsang senantiasa mengumbar emosinya dengan menantang seluruhnya juara sampai kerap bikin keonaran dimana-mana. Beberapa puluh bahkan juga beberapa ratus juara yang terasa tersinggung atas kesombongannya pasti selesai dengan kematian. Dalam situasi yg tidak menentu, salah satu murid Sunan Kali Jaga, yang bernama Joko Tingkir, menghadap gurunya untuk minta ijin manfaat melawan kesombongan Arya Panangsang.
“Wahai Joko Tingkir, janganlah kau sia-siakan hidupmu cuma lantaran Arya Panangsang, sebenarnya orang yang bakal kau hadapi yaitu hamba yang saat ini tengah zadabiyyah (Cuma ingat pada Allah) jika hingga kau menang jadi Allah murka kepadamu serta bila kau kalah, jadi dirimu bakal dilaknat oleh-Nya, lantaran melawan orang yang tengah jatuh cinta pada tuhan-Nya, diamlah sampai satu hari nantinya Allah mengijinkanmu”

Dengan taat Joko Tingkir, segera mengundurkan diri dari hadapan gurunya serta segera bertaubat pada Allah, atas praduga yang kurang baik pada diri Arya Panangsang. Juga Sunan Kali Jaga, sesudah kepergian muridnya beliau segera meminta panduan pada Allah, atas perilaku Arya Panangsang, yang dikira telah melampui batas Syar’i serta akidah.

Dalam situasi khusu’ mendadak Sunan Kudus, nampak di hadapannya : “Assalamu alaikum ya Autadulloh” yang segera dibalas oleh Sunan Kali Jaga : “Waalaikum salam ya ahlul Jannah”
“Angger KaliJogo, doamu hingga menggetarkan tiang surga serta alamul Arsy, saya mengerti apa sebagai beban dihatimu, tetapi ketahuilah,,,, Allah sudah menggariskan lain di Lauhul-Mahfud, bahwa Arya Panangsang, bakal jadi hamba solehnya dialamul Jannah lantaran mati ditangan muridmu, sesama Waliyulloh. Datangilah istrinya serta rayu dia supaya suaminya ingin dengarkan apa yang kau inginkan”

Kemudian Sunan Kali Jaga, segera pergi meninggalkan tempat tinggalnya menuju istri Arya Panangsang yang bernama Retno Kencono Wungu, putri dari Dewi Lanjar, Penguasa Laut Utara. Sesampainya di tempat maksud, nyatanya Arya Panangsang, segera menunggunya : “Wahai Quthbul Autad, saya tahu kau barusan bersua dengan guruku serta merekomendasikan supaya istriku dapat menasehatiku, tetapi ketahuilah!!! saya tak dapat dinasehati olehmu terkecuali dengan kematian”

Dengan sambutan yang kurang mengenakkan hati ini pada akhirnya Sunan Kali Jaga, segera undur pamit. Setelah itu beliau tak segera pulang tetapi bersilaturrohmi kerumah istrinya Joko Tingkir, yang bernama Dewi Nawang Wulan Sari, putri dari ibu agung Nawang Wulan, Penguasa Pantai Selatan. Tahu yang datang gurunya, suami istri ini sangatlah bersuka cita serta cepat-cepat menjamunya penuh penghormatan. Sang Sunan juga segera menceritakan perjalanannya mulai sejak bersua dengan Sunan Kudus sampai hingga datang kerumah Arya panangsang.



         https://www.youtube.com/channel/UCts5Ua5IehgoRev-E6-zh1A  (KI COKRO ST )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar